MANAJEMEN PENGELOLAAN KELAS




A. Latar Belakang
Didunia pendidikan, sudah sering kita jumpai banyak masalah-masalah yang sering terjadi dalam diri maupun lingkungan siswa, sehingga proses belajar-mengajar tidak berjalan dengan baik, penyebabnya adalah karena sistem pengelolaanya  yang diterapkan oleh guru-guru/ pendidik tidak sesuai dengan harapan siswa. Hal ini sebenarnya, harus lebih diperhatikan oleh para pendidik, khususnya harus ada pengontrolan dan pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun supervisor yang di percayai.
            Tentunya, untuk mewujudkan tujuan pendidikan adalah berawal dari bagaimana pengelolaan suatu kelas, yang kondusif, sehingga siswa dapat tenang, fokus, senang dan nyaman dalam kelas, atau betah dalam kelas yaitu seorang guru harus menerapkan pengelolaan kelas yang baik. Karena banyaknya karakter siswa yang berbeda-beda, maka seorang pendidikpun harus bias melakukan sesuatu, bagaimana caranya supaya proses pembelajaranya dapat berhasil.
            Dimakalah ini tentunya saya akan memaparkan dari pada model-model pengelolaan kelas. Sehingga pembaca dapat mempelajari dan mengetahui bagaimana model pengelolaan yang baik yang dapat mendukung tercapainya tunjuan pengajarang yang di harapkan.
B. Rumusan Masalah
1.      Jelaskan apa yang di maksud pengelolaan kelas..?
2.      Bagaimana model-model pengelolaan kelas..?




BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Kelas
Arikunto, (2006) mendefinisikan  manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan penanggung jawab kegiatan belajar mengajar apa yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal,sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.
 Muliyasa (2006) mendefinisikan manajemen kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.”
Selaian definisi di atas, definisi manajemen kelas atau pengelolaan kelas yang dipetik dari informasi Pendidikan Nasional bahwa ada lima definisi pengelolaan kelas sebagaimana berikut ini.
1.    Pengelolaan  kelas yang bersifat otoritatif, yakni seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan memertahankan ketertiban suasana kelas, disiplin sangat diutamakan.
2.    Pengelolan kelas yang bersifat permisif, yakni pandangan ini menekankan bahwa tugas guru ialah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya. Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi perkembangan anak secara alamiah.
3.    Pengelolaan  kelas  yang berdasarkan  prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral modification), yaitu seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam memelajari tingkah laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan (reinforcement).
4.    Pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif di dalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.

B. Model-Model Pengelolaan Kelas
            Kamus besar bahasa Indonesia model diartikan sebagai pola (contoh,acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.  Sedangkan Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.
Apabila antara pendekatan, prinsip,strategi, metode, prosedur dan teknik pengelolaaan kelas sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pengelolaan kelas.  Jadi, model pengelolaan kelas  pada dasarnya merupakan bentuk pengelolaan kelas yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pengelolaan kelas  merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, prinsip,strategi, metode, prosedur dan teknik pengelolaan kelas. 
Terdapat beberapa model dalam pengelolaan kelas yang dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran, yaitu model humanistic, model democratic, model behavioristic dan konstruktivis.
1.      Model Humanistic
Model humanistik dalam pengelolaan kelas menekankan pada faktor keunikan dan rasa dignity setiap individu pembelajar. Orientasi pendekatannya lebih condong ke student-centered daripada teacher-centered. Pada model ini, intervensi pembelajar sangat dikurangi, bahkan lebih menitikberatkan pada partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran di kelas, sistem supervise, dan pengembangan internal individu pebelajar. Model ini dikembangkan oleh Carl Rogers.
Michael Marland (1975) juga mendeskripsikan beberapa strategi yang dapat dikembangkan dalam pengelolaan kelas model humanistic, yang mencakup:
a.       Mempedulikan pebelajar (caring for children), pembelajar harus menunjukkan sikap peduli kepada pebelajar,
b.       membuat aturan (setting rules),
c.       Memberikan penghargaan (giving legtimate praise),
d.      Menggunakan humor (using humor), dan



2.      Model Demokratik
Model demokratis juga sangat menghargai perbedaan dan hak-hak individual pebelajar, dan bahkan menekankan pada pentingnya kebebasan bersuara. Pada model ini, para siswa diberikan hak dan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan mengelola kelas mereka. Pendekatan pembelajaran yang diterapkan adalah relatively student-centered.
            Ada 3 (tiga) cara bagi pembelajar yang dapt digunakan untuk mempertahankan dan memelihara focus pebelajar dalam proses pembelajaran, yaitu :
a.       Mengembangkan cara-cara yang dapat membuat para pebelajar memiliki sikap tanggung jawab, seperti; pemberian tugas individual, presentasi produk, dan uji kompetensi.
b.      Menggunakan kelompok, dan
c.       Memformat kelas atau materi pelajaran yang minim dengan kebosanan.

3.      Model Behavioristik
            Model behavioristik pada pengelolaan kelas menekankan pada peran vital pembelajar dan arahan atau instruksi dari pembelajar. Hal ini didasarkan atas keyakinan bahwa perilaku menyimpang merupakan hasil dari kegagalan untuk mempelajari perilaku yang diinginkan. Model ini menganjurkan adanya atau diberlakukannya konskwensi-konsekwensi perilaku dalam usaha meminimalisasi masalah di kelas, disamping menggunakan perilaku-perilaku tersebut untuk mengoreksi jika perilaku menyimpang tersebut diulang atau terjadi kembali.
Prinsip – prinsip model behavioristik yang diterapkan dalam praktek pembelajaran menurut Hartley & Davies (1978 )
a.       Proses belajar dapat terjadi dengan baik bila siswa ikut terlibat aktif.
b.      Materi pelajaran disusun dalam urutan yang logis supaya siswa mudah mempelajari dan dapat memberi respon tertentu
c.       Tiap-tiap respon harus diberi umpan balik secara langsung





4.      Model Kontruktivis
            Model ini merupakan terjemahan dari konsep DePorter (2000) yaitu ‘mengorkestrasi  lingkungan yang mendukung’. Sebagai pancaran dari aliran konstruktivis, tentunya model ini lebih berpihak pada pendekatan pembelajaran student-centered seperti pada model humanistic dan model demokratik. Ciri model ini beraggapan bahwa pengetahuan adalah hasil kontruksi manusia. Manusia mengkontrukruksi pengatahuan mereka melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkunagan mereka. Ciri lain menurut Senada dengan Dick, Degeng (2000) yaitu sebagai berikut:
·         Penyajian isi menekankan pada penggunaan pengetahuan secara bermakna mengikuti urutan dari keseluruhan ke bagian (deduktif). Mengajar adalah menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan.
C.  Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan manajemen Kelas pada hakekatnya sudah terkandung pada tujuan  pendidikan secara umum. Menurut Sudirman (2000), tujuan manajemen kelas adalah penyediaan pasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.
 Suharsimi Arikunto,(2004), berpendapat bahwa tujuan manajemen   kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Untuk lebih jelasnya Arikuno menguraikan  rincian  tujuan Manajemen Kelas, sebagaimana berikut ini.
·         Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
·         Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
·         Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan siaoal, emosional  dan intelek siswa dalam belajar.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Sedangkan Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.
Apabila antara pendekatan, prinsip,strategi, metode, prosedur dan teknik pengelolaaan kelas sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pengelolaan kelas.
Kemudian beberapa model-model pengelolaan kelas adalah yaitu model humanistic, model democratic, model behavioristic dan konstruktivis.

B. saran
            Guru yang professional adalah guru yang dapat mengetahui bagaimana cara mengajar yang baik, dan bagaimana cara supaya siswa betah dengan guru itu sendiri.
(khususnya calon guru)……….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar yang bersifat membangun, agar kami dapat mengembangkan media ini!