CARA BELAJAR DALAM ISLAM



Contoh makalah cara belajar  dalam islam


A. Latar Belakang
Pada umumnya para ahli psikologi bahwa hubungan antara belajar, memori dan pengetahuan itu sangat erat dan sangat sulit untuk dipisahkan.Memori yang biasanya kita artikan sebagai ingatan itu sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulasi dan penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat dalam otak manusia.
Belajar erat kaitannya dengan psikologi.Dalam hal ini Made Pidarta mengemukakan psikologi atau jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia.Jiwa itu sendiri adalah roh dalam mengendalikan jasmani.Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia yang berada dan melekat dalam diri manusia itu sendiri.
Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani, sejak dari masa bayi, kanak kanak dan seterusnya sampai dewasa dan masa tua.Makin besar anak itu makin berkembang pula jiwanya.Dengan melalui tahap-tahap tertentu dan akhimya anak itu mencapai kedewasaan baik dari segi kejiwaan maupun dari segi jasmani, agar hal ini tercapai maka kita perlu menerapkan konsep belajar yang tepat dalam prosespembelajaran.
Islam memandang umat manusia sebagai mahluk yang dilahirkan dalamkeasdaan fitrah atau suci, akan tetapi tuhan memberi potensi yang bersifat jasmaniah dan rohaniah yang didalamnya terdapat bakat untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan mansia itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian konsep belajar?
2. Bagaimana konsep belajar menurut islam?
3. Bagaimana konsep belajar menurut umum?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia selain berarti rancangan, konsep juga bermakna ide atau pengertian yang di abtraksikan dari peristiwa-peristiwa konkrit atau gambaran mental dan obyek proses ataupun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi memahami hal-hal lain.
Kata konsep dari bahasa inggris (concept), yang berarti bagan, rencana, gagasan, pandangan, cita-cita (yang telah ada dalam fikiran).10 Sedangkan menurut Ibrahim Madkur, kata konsep (Inggris: concept) dipadankan dengan istilah makna kulli (Arab), yang artinya pikiran (gagasan) yang bersifat umum, yang dapat menerima generalisasi.11 Sedangkan dengan makna-makna tersebut, maka konsep yang dimaksudkan dalam pengertian ini, ialah sejumlah gagasan, ide-ide, pemikiran, pandangan ataupun teori-teori yang dalam konteks ini dimaksudkan ialah ide-ide, gagasan, pemikiran tentang belajar sepanjang hayat.
Adapun belajar itu sendiri dapat didefinisikan antara lain:
1. Hilgard mengatakan : Learning is the proses by which an activity originates as changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment). Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam Iingkungan alamiah).
2. Morgan, belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
3. James P. Chaplin, learning (hal belajar, pengetahuan), yang berarti perolehan dari
sembarang perubahan yang relative permanent dalam tingkah laku sebagai hasil praktek atualisai pengalaman. Dari beberapa pengertian belajar tersebut, Sumadi Suryabrata menyimpulkan:
a) Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam anti behavioral changed, aktual maupun potensial.
b) Bahwa perubahan itu ada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.
c) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
Dikatakan belajar apabila membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri.Pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang. Karena itu seorang yang belajar ia tidak sama lagi dengan saat sebelumnya, karena ia lebih sanggup menghadapi kesulitan memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan keadaan. Ia tidak hanya bertambah pengetahuannya, akan tetapi dapat pula menerapkannya secara fungsional dalam situasi hidupnya.
Jadi berdasarkan uraian diatas tentang konsep dan belar dapat kitasimpulkan konsep belajar adalah Gagasan atau rancangan tentang agarbagaimana belajar dapat berjalan sesuai dengan konsep agar belajar dapat berjalan secara baik.

C. Konsep belajar dalam islam
Dalam dalil belajar islam disebutkan “carilah ilmu dari buaian hingga liang lahat” Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep, suatu idea, gagasan pokok islam dalam konsep ini ialah bahwa belajar itu tidak hanya berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan formal seseorang masih dapat memperoleh pengetahuan kalau ia mau, setelah ia selesai mengikuti pendidikan di suatu lembaga pendidikan formal. Ditekankan pula bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung sepanjang kehidupan seseorang.Bedasarkan idea tersebut konsep
belajar sepanjang hayat sering pula dikatakan sebagai belajan berkesinambungan (continuing learning). Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak akan ketinggalan zaman dan dapat memperbaharui pengetahuannya, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut. Dengan pengetahuan yang selalu diperbaharui ini, mereka tidak akan terasing dari generasi muda, mereka tidak akan menjadi snile atau pikun secara dini, dan tetap dapat memberikan sumbangannya bagi kehidupan di lingkungannya
Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang belajar terus menerus dan berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai akhir hayat, sejalan dengan fasefase perkembangan pada manusia. Oleh karena setiap fase perkembangan pada masing-masing individu harus dilalui dengan belajar agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangannya, maka belajar itu dimulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa dan bahkan masa tua.Bertolak dari Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang belajar terus menerus dan berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai akhir hayat, sejalan dengan fasefase perkembangan pada manusia.Oleh karena setiap fase perkembangan pada masing-masing individu harus dilalui dengan belajar agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangannya, maka belajar itu dimulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa dan bahkan masa tua. Bertolak dari fase-fase perkembangan seperti dikemukakan Havinghurst, berimplikasi kepada keharusan untuk belajar secara terus menerus sepanjang hayat dan memberi kemudahan kepada para perancang pendidikan pada setiap jenjang pendidikan untuk:
1. Menentukan arah pendidikan.
2. Menentukan metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan tugas perkembangannya.
3. Menyiapkan materi pembelajaran yang tepat.
4. Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangan itu
Dari segi tujuan, belajar sepanjang hayat ini pada mulanya bersifat individual, yakni untuk memperkaya kehidupan rohani atau intelektual seseorang. Pada taraf perkembangan selanjutnya belajar sepanjang hayat ini mulai mengembangkan tujuan-tujan yang bersifat sosial.Mulai disadari bahwa kegiatan belajar mengajar sepanjang hayat ini tidak hanya menguntungkan perorangan-perorangan saja, melainkan juga bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Apabila mayoritas anggota suatu masyarakat selalu melibatkan diri dalam kesibukan belajar setelah mereka memasuki berbagai lingkungan pekerjaan, maka pada umumnya masyarakat semacam ini akan menjadi lebih dinamis, lebih mudah menerima gagasan-gagasan pembaruan, dan lebih mudah pula memahami interpendensi dan interaksi yang ada antara dirinya dengan masyarakat-masyarakat lain. Suatu masyarakat dengan kegiatan belajar sepanjang hayat yang intensif akan lebih mudah membangun dirinya pada masyarakat yang tidak mengembangkan kebiasaan untuk belajar secara terus menerus.
Di masyarakat pada umumnya kelompok yang amat membutuhkan layanan belajar sepanjang hayat adalah remaja yang putus sekolah dan orang dewasa atau orang tua yang ingin meningkatkan kehidupanya.Karena itu di tinjau dan aspek signifakasi dan relevansi konsep belajar sepanjang hayat dalam hubungannya dengan keinginan untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang ada dalam masyarakat.
Maka konsep ini merupakan wahana yang tepat dan tangguh untuk memacu kehidupan masyarakat, kalau dengan salah satu cara dapat diusahakan :
a. Bahwa sebagian besar remaja dan orang dewasa dan orang tua yang aktif dalam kehidupan kemasyarakatan benar-benar mendapatkan pelayanan belajar yang memadai dan relevan dengan kebutuhan mereka sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
b. Bahwa program-program belajar seperti ini benar-benar dikembangkan dan dilaksanakan
c. Bahwa masyarakat remaja, orang dewasa serta orang tua yang aktif dalam kehidupan kemasyarakatan benar-benar terangsang untuk mengikuti program-program belajar sepanjang hayat ini.
Belajar sepanjang hayat akan berrnanfaat apabila mendapatkan respon positif dari individu atau warga masyarakat yang memiliki kemauan dan kegemaran untuk belajar secara terus menerus, sesuai dengan kebutuhan kebutuhan masing-masing individu warga belajamya. Dengan demikian konsep belajar sepanjang hayat memiliki signifikasi di dalam masyarakat.

D. Konsep belajar dalam umum
Teori belajar kognitif Model ini disampaikan oleh Jean Piaget (1896-1980). Menurut Piaget ada empat tahapan perkembangan kognisi manusia, sebagai berikut:
1. Tingkat Sensorimotor (0-2 thn)
Anak mulai belajar dan mengendalikan lingkungannya melalui kemampuan panca indradan gerakannya. Perilaku bayi pada tahap ini semata-mata berdasarkan pada stimulus yang diterimanya. Sekitar usia 8 bulan, bayi memilki pengetahuan object permanence yaitu walaupun object pada suatu saat tidak terlihat didepan matanya, tidak berarti objek tersebut tidak ada. Sebelum usia 8 bulan bayi pada umumnya beranggapan bahwa benda yang tidak mereka lihat berarti tidak ada. Pada tahap ini, bayi memiliki dunianya berdasarkan pengamatannya atas dasar gerakan/aktivitas yang dilakukan orang-orang disekelilingnya.
2. Tahap Preoporational (2-7 thn)
Anak-anak pada tahap ini sudah mampu berpikir sebelum bertindak, meskipun kemampuan berpikirnya belum sampai pada tingkat kemampuan berpikir logis. Masa 2-7 thn, kehidupan anak juga ditandai dengan sikap egosentris, dimana mereka berpikir subyektif dan tidak mampu melihat obyektifitas pandangan orang lain, sehingga mereka sukar menerima pandangan orang lain.
Ciri lain dari anak yang perkembangan kognisinya ada pada tahap preporational adalah ketidakmampuannya membedakan bahwa 2 objek yang sama memiliki masa, jumlah atau volume yang tetap walaupun bentuknya berubah-ubah. Karena belum berpikir abstrak, maka anak-anak di usia ini lebih mudah belajar jika guru melibatkan penggunaan benda yang konkrit daripada menggunakan hanya kata-kata saja.
3. Tahap Concrete (7-11 thn)
Pada umumnya, pada tahap ini anak-anak sudah memiliki kemampuan memahami konsep konservasi (concept of conservacy), yaitu meskipun suatu benda berubah bentuknya, namun masa, jumlah atau volumenya adalah tetap. Anak juga sudah mampu melakukan observasi, menilai dan mengevaluasi sehingga mereka tidak se-egosentris sebelumnya.Kemampuan berpikir anak pada tahap ini masih dalam bentuk konkrit, mereka belum mampu berpikir abstrak, sehingga mereka juga hanya mampu menyelesaikan soal-soal pelajaran yang bersifat konkrit.Aktifitas pembelajaran yang melibatkan siswa dalam melibatkan siswa dalam pengalaman langsung sangat efektif dibandingkan dengan penjelasan guru dalam bentuk verbal (kata-kata).
4. Tahap Formal Operations (11 thn ke atas)
Pada tahap ini, kemampuan siswa sudah berada pada tahap berpikir abstrak. Mereka mampu mengajukan hipotesa, menghitung konsekuensi yang mungkin terjadi serta menguji hipotesa yang mereka buat.Kalau dihadapkan pada suatu persoalan, siswa pada tahap perkembangan formal operational mampu memformulasikan semua kemungkinan dan menentukan kemungkinan yang mana yang paling mungkin terjadi berdasarkan kemampuan berpikir analistis dan logis.

BAB III
KESIMPULAN

Konsep belajar sepanjang hayat adalah suatu idea atau gagasan yang manyatakan bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung secara terus-menerus sepanjang kehidupan, hal ini sesuai dengan tinjauan psikologis yang menjelaskan bahwa pada setiap fase perkembangan, setiap individu perlu belajar agar dapat melaksanakan tugas-tugas pada setiap fase perkembangan tersebut. Konsep belajar sepanjang hayat berusaha untuk memberikan motivasi kepada mereka yang telah selesai mengikuti pendidikan sekolah, agar tetap belajar dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupannya dengan memanfaatkan teori kebutuhan dan psikologi belajar.
Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu pendidik mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Pendidik harus membantu pesdik agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.





Daftar Pustaka :

- Irawan, Prasetya, Teori Belajar. Program Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional Untuk Dosen Muda. Pusat Antar Universitas_Dikti, Depdikbud, 1997.
- Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan Suatu pendekatan baru,Remaja Rosdakarya, Bandung: 1995
- Syamsudin Makmun Abin, Psikologi Kependidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung : 2007
- A.G. Lunandi, Pendidikan Orang Dewasa, Usaha Nasional, Surabaya, 1981
- Artikel Konsep pendidikan sepanjang hayat, www.google.com: tgl 25-03-2010

MAKALAH TEORI BELAJAR



1.1. Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan kemempuan pendidik mereka harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar, kenyataan yang ada kurikulum yang selama ini di sekolah mengah kurang mampu mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi kemudian kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah social dalam budaya serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam kemampuan intelektual.
            Jeronesbruner seorang peneliti terkemuka, memberikan beberapa gambaran tentang perlunya teori pembelajaran di dalam  kelas, serta bebrapa contoh praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas para guru . berdasarkan penelitian selama beberapa tahun terakhir, cukup jelas bagi saya (jornes bruner) bahwa dari segi psikologis dan dari desain kurikulum itu sendiri sanatlah minim di bahas tentang teori pembelajaran teori pembeajaran yang sudah ada selama ini hanya berfokus pada kepentingan teori semata sebagai contoh, pada saat membahas tentang teori perkembangan seorang anak tidak di ajarkan pengaruhnya terhadap tantangan social dan bagaimana pengalaman nyata yang nantinya akan di alami anak ketika berada di masyarakat, masih banyak contoh-contoh lain bagaimana sebuah teori pembelajaran tidak menyentuh aspek social dari murid, dan hal ini merupakan bentuk pembodohan secara intelektual dan tidak memiliki tnggung jawab moral, 
 Dari permasalahan diatas kita menyadari bahwa sebuah teori pembelajaran sebaiknya juga menyangkut suatu praktek untuk membimbing seseorang bagaimana caranya ia memperoleh pengetahuan dan keterampilan padangan hidup serta pengetahuan akan kebudayaan masyarakat sekitarnya.

1.2.Rumusan masalah

a.    Jelaskan tentang pengertian teori belajar dan teori deskriptif?
b.    Jelaskan tentang Teori Belajar dan Teori Pembelajaran Kaitannya dengan Teori Deskriptif  dan Teori   Preskriptif?
c.    Jelaskan tentang Kelebihan dan kekurangan teori belajar dekriptif, dan preskriptif?

1.3. Tujuan
      Tujuan dari makalah ini sendiri adalah untuk memberikan banyak pengetahuan kepada pihak pembaca agar dapat mengetahui serta memahami bagai mana metode dan tori belajar secara deskriptif, sementar tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi syarat pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian teori belajar dan teori deskriptif
a.      Pengertian teori belajar

Teori belajar adalah teori yang mendeskripsikan apa yang sedang terjadi saat proses belajar berlangsung dan kapan  proses belajar tersebut berlangsung. Ada 4 hal yang terkait dengan teori pembelajaran
a.      Teori pembelajaran harus memperhatikan bahwa terdapat kecenderungan cara belajar siswa dan kecenderungan ini sudah dimiliki siswa jauh sebelum ia masuk ke sekolah.
b.      Teori ini juga terkait dengan adanya struktur pengetahuan
Ada 3 hal yang terkait dengan struktur pengetahuan
1.      Struktur pengetahuan harus mampu menyederhanakan suatu informasi yang sangat luas
2.      Struktur tersebut harus membawa siswa kepada hal-hal yang baru melebihi informasi yang anda jelaskan
3.      Harus mampu meluaskan cakrawala berfikir siswa mengkombinasikanya dengan ilmu-ilmu yang lain.
c.       Teori pembelajaran juga terkait dengan hubungan yang optimal
d.      Teori pembelajaran tekait dengan penghargaan dengan hukuman

Asri budi ningsih 2004, dalam buku belajar dan pembelajaran menjelaskan upaya dari burdner untuk membedakan antara teori belajar yang deskriptif, dan teori belajar yang prespektif, dikembang kan lanjut oleh reigeluth, teori dan prinsip-prinsip yang deskriptip menempatkan pariabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai givens dan menempatkan hasil belajar sebagai pariabel yang di amati. Dengan kata lain kondisi dan metode pembelajaran sebagai pariabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai pariable tergantung.
Reigeluth,1983 dalam dongeng 1990, mengungkapkan bahwa teori prespektif adalah goal oriented, sedangka teori deskriptif adalah goal free, maksudnya, bahwa teori pembelajaran prespektis di maksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pemelajaran deskriptif. Di maksudkan untuk memberikan hasil, itulah sebabnya pariable yang di amati dalam mengembangkan teori belajar, yang prespektif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam mengembangka teori pembelajaran deskriptif pariable yang di amati adlah hasil belajar sebagai akibat dari intreksi antara metode dan kondisi ,
            Dengan kata lain teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan proses psikologis  dalam diri siswa.teori pembelajaran harus di masukan pariable metode pembelajaran , bila tidak, mak teori itu bukanlah teori pembelajaran hal  ini penting sebab banyak yang terjadi apa yang di anggap sebagai teori  pembelajaran yang sebenarnya adalh teori belajar.

b.      Pengertian teori deskriptif
Bruner mengemukakan bahwa teori belajar adalah deskriptif karena tujuan utamanya menjelaskan proses belajar, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif karena tujuan utamanya menetapkan metode pembelajaran yang optimal.
Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan di antara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar, sedangkan teori pembelajaran menaruh perhatian bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain, teori belajar menaruh perhatian bagaimana seseorang belajar dan teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variabel-variabel yang dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.
Asri budi ningsih 2004, dalam buku belajar dan pembelajaran menjelaskan upaya dari burdner untuk membedakan antara teori belajar yang deskriptif, dan teori belajar yang prespektif, dikembangkan lanjut oleh reigeluth, teori dan prinsip-prinsip yang deskriptip menempatkan pariabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai givens dan menempatkan hasil belajar sebagai pariabel yang di amati. Dengan kata lain kondisi dan metode pembelajaran sebagai pariabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai pariable tergantung.
Reigeluth,1983 dalam dongeng 1990, mengungkapkan bahwa teori prespektif adalah goal oriented, sedangka teori deskriptif adalah goal free, maksudnya, bahwa teori pembelajaran prespektis di maksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pemelajaran deskriptif  Di maksudkan untuk memberikan hasil, itulah sebabnya pariable yang di amati dalam mengembangkan teori belajar, yang prespektif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam mengembangka teori pembelajaran deskriptif pariable yang di amati adlah hasil belajar sebagai akibat dari intreksi antara metode dan kondisi ,
            Dengan kata lain teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan proses psikologis  dalam diri siswa.teori pembelajaran harus di masukan pariable metode pembelajaran , bila tidak, mak teori itu bukanlah teori pembelajaran hal  ini penting sebab banyak yang terjadi apa yang di anggap sebagai teori  pembelajaran yang sebenarnya adalah teori belajar.
Pada perkembangan selanjutnya, Reigeluth dan kawan-kawan mengemukakan bahwa, "Principles and theories of instructional design may be stated in either a descriptive or prescriptive form." Jadi, teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai givens (variabel bebas), dan menempatkan hasil pembelajaran sebagai variabel yang diamati (variabel tergantung). Sedangkan teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang preskriptif menempatkan variabel hasil dan kondisi sebagai givens (variabel bebas), dan menempatkan metode pembelajaran sebagai variabel yang diamati (variabel tergantung).
teori deskriptif adalah goal free yang dimaksudkan untuk memberikan hasil sebagai efek dari interaksi dari metode dan kondisi, sedangkan teori preskriptif adalah goal oriented yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan dari metode optimal yang digunakan.
Hasil pembelajaran yang diamati dalam teori desktriptif adalah hasil pembelajaran yang nyata (actual outcomes) dalam pengertian probabilistik, hasil pembelajaran yang muncul, dan bisa jadi bukan merupakan hasil pembelajaran yang diinginkan, sedangkan dalam pengembangan teori preskriptif yang diamati adalah hasil pembelajaran yang diinginkan (desired outcomes) yang telah ditetapkan lebih dulu.

2.2.  Teori Belajar dan Teori Pembelajaran Kaitannya dengan Teori Deskriptif dan       Teori   Preskriptif

Seperti halnya teori pembelajaran, teori belajar juga ada yang bersifat deskriptif dan preskriptif. Namun demikian, teori belajar yang preskriptif bukanlah teori pembelajaran. Untuk menunjukkan perbedaan tersebut, perhatikan contoh berikut:
a.      Teori belajar deskriptf
"Agar retensi meningkat maka kaitkan pengetahuan baru yang dipelajari pada struktur kognitif yang telah dimiliki."
b.      Teori pembelajaran preskriptif
"Agar retensi meningkat maka mulailah pembelajaran dengan menampilkan kerangka isi/materi pelajaran, baru kemudian secara bertahap mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam kerangka isi tersebut dan secara tetap mengaitkan setiap tahapan elaborasi pada kerangka isi."
Dijelaskan oleh Landa (dalam Degeng, 1989) - dengan terjemahan bebas - bahwa teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan si belajar dengan proses-proses psikologi dalam diri si belajar, sedangkan teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses-proses psikologi dalam diri si belajar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa teori pembelajaran harus memasukkan variabel metode pembelajaran atau selalu menyebutkan teori pembelajaran, sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan metode pembelajaran.
Untuk dapat membedakan teori belajar deskriptif dan teori belajar preskriptif, perhatikan contoh berikut:
·         Teori belajar deskriptif:
"Jika membuat rangkuman tentang isi buku teks yang dibaca maka retensi terhadap isi buku teks itu akan lebih baik."
·         Teori belajar preskriptif:
"Agar dapat mengingat isi buku teks yang dibaca secara lebih baik maka bacalah isi buku teks itu berulang-ulang dan buatlah rangkumannya."
Teori belajar deskriptif menggunakan proposisi teoritik, "Jika... maka...." yang menyatakan apa yang terjadi secara psikologis bila suatu tindakan belajar dilakukan oleh seseorang. Teori belajar preskriptif mempreskripsikan tindakan belajar apa yang harus dilakukan agar proses psikologis itu terjadi.

2.3. Kelebihan dan kekurangan teori belajar dekriptif, dan preskriptif
a.      Kelebihan teori belajar deskriptif
·         Lebih terkonsep sehingga siswa lebih mamahami materi yang akan di sampaikan
·         Mendorong siswa untuk mencari sumber pengetahuan sebanyak-banyak nya dalam mengerjakan suatu tugas.
b.      Kekuranagan teori belajar deskriptif
·         Kurang memperoleh akan sisi psikologis siswa dalam mendalami suatu materi.



a.      Kelebihan teori pembelajaran preskriptif
·         Lebih sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan yang jelas.
·         Banyak member motivasi agar terjadi proses belajar.
·         Mengoptimalisasikan otak secra  maksimal
b.      Kekuranagan teori pembelajaran preskriptif
·         Membutuhkan waktu cukup lama.










                                                                                                                       







BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ø  teori deskriptif adalah goal free yang dimaksudkan untuk memberikan hasil sebagai efek dari interaksi dari metode dan kondisi, sedangkan teori preskriptif adalah goal oriented yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan dari metode optimal yang digunakan.
Ø  Teori belajar deskriptf
"Agar retensi meningkat maka kaitkan pengetahuan baru yang dipelajari pada struktur kognitif yang telah dimiliki."
Ø  Teori pembelajaran preskriptif
"Agar retensi meningkat maka mulailah pembelajaran dengan menampilkan kerangka isi/materi pelajaran, baru kemudian secara bertahap mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam kerangka isi tersebut dan secara tetap mengaitkan setiap tahapan elaborasi pada kerangka isi."
3.2. Saran
            Saran saya kepada pihak pembaca makalah ini khususnya di jurusan fkip adalah untuk menjadi pengajar haruslah dapat memahami karakteristik peserta didik supay nantinya kita dapat muda mentransfer ilmu kepada mereka.












DAFTARA PUSTAKA


GOOGLE. 2013. TEORI DESKRIPTIF : KENDARI

PERENCANAAN PESERTA DIDIK




            Manajemen peserta didik keberadaanya sangat dibutuhkan di lembaga pendidikan karena siswa merupakan subjek sekaligus objek dalam proses transformasi ilmu dan ketrampilan. Keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan akan sangat bergantung dengan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik.Manajemen peserta didik merupakan penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yangberkaitan dengan peserta didik, mulai dari siswa itu masuk sampai dengan keluar dari suatu sekolah.
Manajemen peserta didik tidak semata pencatatan data peserta didik kan tetapi meliputi aspek yang lebih luas yaitudapat membantu upaya pertumbuhan anak melalui proses pendidikan di sekolah. Menurut Suharsimi Arikunto (1986:12) bahwa peserta didik adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan. Menurut UU Sisdiknas bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Jadi bisa diartikan bahwa peserta didik adalah seseorang yang terdaftar dalam suatu jalur, jenjang, dan jenis lembaga pendidikan tertentu, yang selalu ingin mengembangkan potensi dirinya baik pada aspek akademik maupun non akademik melalui proses pembelajaran yang diselenggarakan. Manajemen peserta didik bertujuan mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah lancar, tertib dan teratur. Beberapa ahli berpendapat bahwa tujuan manajemen peserta didik adalah untuk menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang baik serta agar siswa dapat belajar dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran yang efektif dan efisien. Ada tiga tugas utama
dalam bidang manajemen peserta didik untuk mencapai tujuan tersebut yaitu penerimaan peserta didik, kegiatan kemajuan belajar serta bimbingan dan pembinaan disiplin.
B. Rumusan Masalah
1.   Apa saja ruang lingkup dalam perencanaan peserta didik?
2.   Bagaimana proses pembinaan peserta didik?
3.   Apa saja yang dibutuhkan dalam mengevaluasi peserta didik?
4.   Jelaskan jenis mutasi peserta didik?
C. Tujuan Makalah
1.      Mengetahui ruang lingkup dalam perencanaan peserta didik
2.      Memahami bagaimana proses pembinaan peserta didik
3.      Mengetahui apa saja yang dibutuhkan dalam pengevaluasian peserta didik
4.      Mengetahui jenis-jenis mutasi peserta didik


















BAB II
PEMBAHASAN

A. Perencanaan Peserta Didik
Perencanaan terhadap peserta didik menyangkut perencanaan penerimaan siswa baru, kelulusan, jumlah putus sekolah dan kepindahan. Khusus mengenai perencanaan peserta didik akan langsung berhubungan dengan kegiatan penerimaan dan proses pencatatan atau dokumentasi data pribadi siswa, yang kemudian tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan pencatatan atau dokumentasi data hasil belajar dan aspek-aspek lain yang diperlukan dalam kegiatan kurikuler dan ko-kurikuler. Langkah yang pertama yaitu perencanaan terhadap peserta didik, yang meliputi kegiatan;
a)      Analisis kebutuhan peserta didik
b)      Rekrutmen peserta didik
c)      Seleksi peserta didik
d)     Orientasi
e)      Penempatan peserta didik
f)       Pencatatan dan pelapora

Lebih lanjut akan dibahas satu persatu dari langkah-langkah tersebut yaitu :
a.       Analisis kebutuhan peserta didik yaitu penetapan siswa yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan yang meliputi; (1) merencanakan jumlah peserta didik yang akan diterima dengan pertimbangan daya tampung kelas/jumlah kelas yang tersedia, serta pertimbangan rasio murid dan guru. Secara ideal rasio murid dan guru adalah 1:30; (2) menyusun program kegiatan kesiswaan yaitu visi dan misi sekolah, minat dan bakat siswa, sarana dan prasarana yang ada, anggaran yang tersedia dan tenaga kependidikan yang tersedia.
b.      Rekruitmen peserta didik pada hakikatnya proses pencarian, menentukan peserta didik yang nantinya akan menjadi peserta didik di lembaga sekolah yang bersangkutan. Langkah-langkah dalam kegiatan ini adalah (1) membentuk panitia penerimaan peserta didik baru yang meliputi dari semua unsur guru, tenaga TU dan dewan sekolah/komite sekolah; (2) pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta didik baru yang dilakukan secara terbuka. Informasi yang harus ada dalam pengumuman tersebut adalah gambaran singkat lembaga, persyaratan pendaftaran siswa baru (syarat umum dan syarat khusus), cara pendaftaran, waktu pendaftaran, tempat pendaftaran, biaya pendaftaran, waktu dan tempat seleksi dan pengumuman hasil seleksi.
c.       Seleksi peserta didik merupakan kegiatan pemilihan calon peserta didik untuk menentukan diterima atau tidaknya calon peserta didik menjadi peserta didik di lembaga pendidikan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Adapun cara-cara seleksi yang dapat digunakan adalah (1) melalui tes atau ujian, yaitu tes psikotest, tes jasmani, tes kesehatan, tes akademik, atau tes ketrampilan; (2) melalui penelusuran bakat kemampuan, biasanya berdasarkan pada prestasi yang diraih oleh calon peserta didik dalam bidang olahraga atau kesenian; (3) berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN.
d.      Orientasi peserta didik baru merupakan kegiatan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan tempat peserta didik menempuh pendidikan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik sekolah dan lingkungan sosial sekolah. Tujuan dengan orientasi tersebut adalah agar siswa mengerti dan mentaati peraturan yang berlaku di sekolah, peserta didik dapat aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan sekolah, dan siap menghadapi lingkungan baru secara fisik, mental dan emosional.
e.       Penempatan Peserta Didik (Pembagian Kelas) yaitu kegiatan pengelompokan peserta didik yang dilakukan dengan sistem kelas, pengelompokan peserta didik bisa dilakukan berdasarkan kesamaan yang ada pada peserta didik yaitu jenis kelamin dan umur. Selain itu juga pengelompokan berdasar perbedaan yang ada pada individu peserta didik seperti minat, bakat dan kemampuan.
f.        Pencatatan dan pelaporan peserta didik dimulai sejak peserta didik diterima di sekolah sampai dengan tamat atau meninggalkan sekolah. Tujuan pencatatan tentang kondisi peserta didik dilakukan agar lembaga mampu melakukan bimbingan yang optimal pada peserta didik. Sedangkan pelaporan dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab lembaga dalam perkembangan peserta didik di sebuah lembaga. Adapun pencatatan yang diperlukan untuk mendukung data mengenai siswa adalah (1) buku induk siswa, berisi catatan tentang peserta didik yang masuk di sekolah tersebut, pencatatan diserta dengan nomor induk siswa/no pokok; (2) buku klapper, pencatatannya diambil dari buku induk dan penulisannya diurutkan berdasar abjad; (3) daftar presensi, digunakan untuk memeriksa kehadiran peserta didik pada kegiatan sekolah; (4) daftar catatan pribadi peserta didik berisi data setiap peserta didik beserta riwayat keluarga, pendidikan dan data psikologis. Biasanya buku ini mendukung program bimbingan dan penyuluhan disekolah.

B. Pembinaan Peserta Didik
Langkah kedua dalam manajemen peserta didik adalah pembinaan terhadap peserta didik yang meliputi layanan-layanan khusus yang menunjang manajemen peserta didik. Layanan-layanan yang dibutuhkan peserta didik di sekolah meliputi :
1.   Layanan bimbingan dan konseling
Layanan BK merupakan proses pemberian bantuan terhadap siswa agar perkembangannya optimal sehingga anak didik bisa mengarahkan dirinya dalam bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Fungsi bimbingan disini adalah membantu peserta didik dalam memilih jenis sekolah lanjutannya, memilih program, lapangan pekerjaan sesuai bakat,minat, dan kemampuan. Selain itu bimbingan dan konseling juga membantu guru dalam menyesuaikan program pengajaran yang disesuaikan dengan bakat minat siswa,serta membantu siswa dalam menyesuaikan diri dengan bakat dan minat siswa untuk mencapai perkembangan yang optimal.
2.   Layanan perpustakaan
Diperlukan untuk memberikan layanan dalam menunujang proses pembelajaran di sekolah, melayani informasi yang dibutuhkan serta memberikan layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka. Keberadaan perpustakaan sangatlah penting karena perpustakaan juga dipandang sebagai kunci dalam pembelajaran siswa di sekolah. Bagi siswa perpustakaan bisa menjadi penyedia bahan pustaka yang memperkaya dan memperluas cakrawala pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, membantu siswa dalam mengadakan penelitian, memperdalam pengetahuannya berkaitan dengan subjek yang diminati, serta meningkatkan minat baca siswa dengan adanya bimbingan membaca, dan sebagainya.
3.   Layanan kantin
Kantin diperlukan di tiap sekolah agar kebutuhan anak terhadap makanan yang bersih, bergizi dan higienis bagi anak sehingga kesehatan anak terjamin selama di sekolah. Guru bisa mengontrol dan berkonsultasi dengan pengelola kantin dalam menyediakan makanan yang sehat dan bergizi. Peranan lain dengan adanya kantin di dalam sekolah anak didik tidak berkeliaran mencari makanan dan tidak harus keluar dari lingkungan sekolah.
4.   Layanan kesehatan
Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk dalam sebuah wadah yang bernama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Sasaran utama UKS untuk meningkatkan atau membina kesehatan siswa dan lingkungan hidupnya. Program UKS sebagai berikut (1) mencapai lingkungan hidup yang sehat; (2) pendidikan kesehatan; (3) pemeliharaan kesehatan di sekolah
5.   Layanan transportasi
Sarana transport bagi peserta didik sebagai penunjang untuk kelancaran proses belajar mengajar, biasanya layanan transport diperlukan bagi peserta didik di tingkat prasekolah dan pendidikan dasar. Penyelenggaraan transportasi sebaiknya dilaksanakan oleh sekolah yang bersangkutan atau pihak swasta.
6.   Layanan asrama
Bagi siswa layanan asrama sangat berguna untuk mereka yang jauh dari keluarga sehingga membutuhkan tempat tinggal yang nyaman untuk mereka beristirahat. Biasanya yang mengadakan layanan asrama di tingkat sekolah menengah dan perguruan tinggi.
C. Evaluasi Kegiatan Peserta Didik
Menurut Wand dan Brown (dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2002;57), evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi hasil belajar peserta didik berarti kegiatan menilai proses dan hasil belajar siswa baik yang berupa kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, maupun ekstrakurikuler. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuantujuan yang telah ditetapkan. Pasaribu dan Simanjuntak (dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2002;58), menyatakan bahwa :
1.      Tujuan umum dari evaluasi peserta didik adalah :
a.       Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan peserta didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan
b.      Memungkinkan pendidik/guru menilai aktifitas/pengalaman yang didapat
c.        Menilai metode mengajar yang digunakan
2.      Tujuan khusus dari evaluasi peserta didik adalah :
a.       merangsang kegiatan peserta didik
b.      menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan belajar peserta didik
c.       memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan
d.      untuk memperbaiki mutu pembelajaran/cara belajar dan metode mengajar
Berdasarkan tujuan penilaian hasil belajar tersebut, ada beberapa fungsi penilaian yang dapat dikemukakan antara lain:
1)      Fungsi selektif
Dengan mengadakan evaluasi, guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap peserta didiknya. Evaluasi dalam hal ini bertujuan untuk : memilih peserta didik yang dapat diterima di sekolah tertentu, memilih peserta didik yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya, memeilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa, memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.
2)      Fungsi diagnostik
Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, dengan melihat hasilnya guru akan dapat mengetahui kelemahan peserta didik, sehingga lebih mudah untuk mencari cara mengatasinya.
3)      Fungsi penempatan
Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan peserta didik adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang peserta didik harus ditempatkan.
4)      Fungsi pengukur keberhasilan program
Eavaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana sustu program berhasil diterapkan. Secara garis besar ada dua macam alat evaluasi, yaitu tes dan non tes, Dalam penggunaan alat evaluasi yang berupa tes, hendaknya guru membiasakan diri tidak hanya menggunakan tes obyektif saja tetapi juga diimbangi dengan tes uraian. Tes adalah penilaian yang komprehensif terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program. Dalam suatu kelas, tes mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk mengukur keberhasilan peserta didik dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran.

D. Mutasi Peserta Didik
Secara garis besar mutasi peserta didik diartikan sebagai proses perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah yang lain atau perpindahan peserta didik yang berada dalam sekolah. Oleh karena itu, ada dua jenis mutasi peserta didik, yaitu :
1.      Mutasi Ekstern
Mutasi Ekstern adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah yang lain. Perpindahan ini hendaknya menguntungksn kedua belah pihak, artinya perpindahan tersebut harus dikaitkan dengan kondisi sekolah yang bersangkutan, kondisi peserta didik, dan latar belakang orang tuanya, serta sekolah yang akan ditempati. Adapun tujuan mutasi ekstern adalah :
a.       Mutasi didasarkan pada kepentingan peserta didik untuk dapat mengikuti pendidikan di sekolah sesuai dengan keadaan dan kemampuan peserta didik serta lingkungan yang mempengaruhinya.
b.      Memberikan perlindungan kepada sekolah tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan keadaan, kemampuan sekolah serta lingkungan yang mempengaruhinya.
Mutasi ekstern harus memenuhi beberapa ketentuan, antara lain :
1)      Permintaan mutasi peserta didik diajukan oleh orang tua/wali karena alasan yang dapat dibenarkan (keluarga, kesehatan, kejiwaan, ekonomi, dan lain-lain).
2)      Mutasi peserta didik berlaku dari :
a)      Sekolah negeri ke sekolah negeri, maupun ke sekolah swasta
b)      Sekolah swasta mandiri ke sekolah swasta mandiri, maupun ke sekolah swasta yang EBTA-nya menggabung
c)      Sekolah swasta menggabung ke sekolah swasta yang juga menggabung EBTA-nya
3)      Hendaknya dihindarkan mutasi peserta didik di dalam satu kabupsten/kotamadia, kecuali dengan alas an yang sangat mendesak, maka perlu surat keterangan dari pengawas.
4)      Mutasi antar kanwil/propinsi pada dasarnya sama dengan mutasi di dalam satu kanwil/propinsi. Perbedaannya terletak pada adanya ijin dari kanwil/bidang dikmunum dari propinsi baik yang ditinggalkan maupun yang akan didatangi. Prosedur mutasinya adalah sebagai berikut :
a)      Kepala sekolah membuat surat keterangan pindah
b)      Surat keterangan pindah tersebut harus diketahui dan disahkan oleh kantor wilayah pendidikan nasional yang akan ditinggalkan maupun yang akan didatangi.
5)      Alasan-alasan mutasi ekstern, antara lain :
a)      Keluarga
b)      Ekonomi
c)      Social
d)      Agama
e)      Kejiwaan
f)       Sebab-sebab lain
Syarat-syarat mutasi ekstern, antara lain :
Ø  Menyerahkan raport
Ø  Menyerahkan surat keterangan pindah dari sekolah asal
Ø  Terdapat formasi (daya tampungnya masih ada)
Ø  Bagi sekolah swasta mungkin peserta didik dikenakan syarat untuk membayar sejumlah uang
2.      Mutasi Intern
Mutasi intern adalah perpindahan peserta didik dalam suatu sekolah. Dalam hal ini akan dibahas khhsus mengenai kenaikan kelas. Maksud kenaikan kelas adalah peserta didik yang telah dapat menyelesaikan program pendidikan selama satu tahun, apabila telah memenuhi persyaratan untuk dinaikkan, maka kepadanya berhak untuk naik kelas berikutnya. Seorang peserta didik dinyatakan naik kelas apabila telah memenuhi persyaratan :
a.       Tidak terdapat nilai mati
b.      Program pendidikan umum rata-rata nilai sekurang-kurangnya 6,0. Boleh ada 2 nilai yang kurang dari 6,0 asal bukan pendidikan agama dan pendidikan pancasila dan kewrganegaraan.
c.       Program pendidikan akademis rata-rata nilai sekurang-kurangnya 6,0. Boleh ada 2 nilai yang kurang dari 6,0 asal bukan bahasa Indonesia.
d.      Program pendidikan keterampilan rata-rata nilai sekurang-kurangnya 6,0 dan boleh ada 1 nilai yang kurang dari 6,0.
Mengingat betapa pentingnya kenaikan kelas ini, maka setiap akhir semester sekolah selalu mengadakan rapat kenaikan kelas yang dihadiri oleh kepala sekolah dan dewan guru. Dalam hal ini peran wali kelas sangat menentukan naik tidaknya peserta didik dalam kelas tertentu. Di samping nilai akhir mata pelajaran, ada beberapa faktor yang dapat menentukan seorang peserta didik berhasil atau tidak untuk naik kelas, antara lain :
1)      Kerajinan
2)      Kedisiplinan
3)      Tingkah laku
Dalam rapat kenaikan kelas ini dibicarakan juga tentang peserta didik yang nyaris tidak naik kelas, sehingga perlu mendapat pertimbangan dari berbagai pihak dan juga peserta didik yang terpaksa tidak naik kelas. Kepada peserta didik ini masih diberi kesempatan untuk mengulang kelas atau pindah ke sekolah lain.
Untuk penempatan peserta didik yang naik kelas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
Ø  Secara vertical, cara ini dilakukan apabila peserta didik selalu mengikuti kelasnya dari kelas I sampai kelas III
Ø  Secara horizontal, pengelompokkan secara horizontal sebenarnya berdasarkan prestasi peserta didik di kelas, sehingga di dalam suatu kelas bervariasi prestasinya. Hal ini akan mendorong peserta didik untuk berkompetisi meningkatkan preatasinya.












BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
1.      Perencanaan terhadap peserta didik menyangkut perencanaan penerimaan siswa baru, kelulusan, jumlah putus sekolah dan kepindahan.
Langkah yang pertama yaitu perencanaan terhadap peserta didik, yang meliputi kegiatan;
a)                  Analisis kebutuhan peserta didik
b)                  Rekrutmen peserta didik
c)                  Seleksi peserta didik
d)                 Orientasi
e)                  Penempatan peserta didik
f)                   Pencatatan dan pelapora

2.      pembinaan terhadap peserta didik yang meliputi layanan-layanan khusus yang menunjang manajemen peserta didik.
3.      evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi hasil belajar peserta didik berarti kegiatan menilai proses dan hasil belajar siswa baik yang berupa kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, maupun ekstrakurikuler.
4.      Secara garis besar mutasi peserta didik diartikan sebagai proses perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah yang lain atau perpindahan peserta didik yang berada dalam sekolah.
B.     Saran
Bagi calon pendidik diharapkan agar dapat mengetahui penjelasan diatas, karena sesungguhnya, untuk menjadi pendidik yang profesional diperlukan keterampilan dan ilmu menejemen seperti yang tertera diatas.
DAFTAR PUSTAKA

Meilina Bustari. 2005. Manajemen Peserta Didik. Yogyakarta : FIP UNY.
Permendiknas Nomor 39 tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan.