A. Latar Belakang
Konflik
merupakan kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada
perbedaan posisi yang tidak selaras, tidak cukup sumber dan tindakan salahsatu
pihak menghalangi, atau mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak
lain kurang berhasil. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya
akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi.
Perbedaan-perbedaan
tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan,
adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam
setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya
akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik
bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah
siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Kemudian didalam dunia bisnis,
istilah negosiasi bukanlah hal yang baru. Negosiasi digunakan untuk
menjembatani dua kepentingan yang berbeda, misalnya antara penjual dan pembeli
atau antara produsen dan konsumen. Oleh karena itu, agar terjadi suatau
kesepakatan diantara kedua belah pihak, diperlukan negosiasi.
Sementara itu, orang yang sering
melakukan negosiasi disebut sebagai seorang negosiator. Dalam setiap proses
negosiasi, selalu ada dua belah pihak yang berlawanan atau berbeda sudut
pandangnya. Agar dapat menemukan titik temu atau kesepakatan, kedua belah pihak
perlu bernegosiasi.
Dalam bab ini akan dibahas masalah
yang berkaitan dengan pengertian konflik, teori-teori yang melandasi konflik,
jenis-jenis konflik, faktor yang melatar belakangi terjadinya konflik, dampak
yang ditimbulkan oleh konflik, pengertian negosiasi, proses negosiasi dan tipe
negosiator.
B. Rumusan masalah
1.
Apakah pengertian dari konflik itu?
2.
Apa saja teori-teori yang mendasi konflik?
3.
Apa saja jenis-jenis konflik?
4.
Apakah faktor yang melatar belakangi terjadinya
konflik?
5.
Apa sajakah dampak yang dapat ditimbulkan oleh
konflik?
6.
Bagaimanakah strategi penyelesaian konflik?
7.
Pengertian negosiasi.
8.
proses negosiasi.
9.
tipe negosiator
C. Tujuan
1.
Mengetahui pengertian dari konflik itu.
2.
Mengetahui Apa saja teori-teori yang mendasi konflik.
3.
Mengetahui Apa saja jenis-jenis konflik.
4.
Mengetahui Apakah faktor yang melatar belakangi
terjadinya konflik.
5.
Mengetahui Apa sajakah dampak yang dapat ditimbulkan
oleh konflik.
6.
Mengetahui Bagaimanakah strategi penyelesaian konflik.
7.
mengetahui pengertian dari konflik.
8.
mengetahui proses negosiasi.
9.
mengetahui tipe negosiator.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konflik
Konflik
berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatar
belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan
situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang
tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan
sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan
integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Beberapa
pengertian konflik menurut para ahli yakni sebagai berikut:
1.
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977),
konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai
keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan
pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2.
Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain
dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan
konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki
kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama
lain.
3.
Menurut minnery (1985), konflik organisasi merupakan
interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan
saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan
Perbedaan
pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena konflik
bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik.
Persaingan sangat erat hubungannya denga konflik karena dalam persaingan
beberapa pihak menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang mungkin
mendapatkannya. Persaingan tidak sama dengan konflik namun mudah menjurus ke
arah konflik, terutuma bila ada persaingan yang menggunakan cara-cara yang
bertentengan dengan aturan yang disepakati. Permusuhan bukanlah konflik karena
orang yang terlibat konflik bisa saja tidak memiliki rasa permusuhan.
Sebaliknya orang yang saling bermusuhan bisa saja tidak berada dalam keadaan
konflik. Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu
negatif akibatnya. Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal
dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi mereka yang terlibat maupun
bagi organisasi.
B. Teori-Teori Konflik
Teori-teori
utama mengenai sebab-sebab konflik, dan sasarannya antara lain :
1.
Teori Hubungan Masyarakat Menganggap bahwa konflik
disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan
di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.
2.
Teori Kebutuhan Manusia Menganggap bahwa konflik yang
berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik, mental dan sosial) yang
tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal yang sering menjadi inti pembicaraan adalah
keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi.
3.
Teori Negosiasi Prinsip Menganggap bahwa konflik
disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan
tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.
4.
Teori Identitas Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh
identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau
penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.
5.
Teori Kesalahpahaman Antar Budaya Berasumsi bahwa
konflik disebabkan oleh ketidak cocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai
budaya yang berbeda.
6.
Teori Transformasi Konflik Berasumsi bahwa konflik
disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul
sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi.
C. Jenis-Jenis Konflik
Konflik yang
terjadi dalam suatu organisasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, salah
satunya dari segi pihak yang terlibat dalam konflik. Dari segi ini konflik
dapat dibedakan sebagai berikut, yaitu :
1.
Konflik Intrapersonal Konflik intrapersonal adalah
konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang
sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu : · Konflik
pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang
sama-sama menarik. · Konflik pendekatan-penghindaran, contohnya orang yang
dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan. · Konflik
penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang
mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
2.
Konflik Interpersonal Konflik Interpersonal adalah
pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan
atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status,
jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu
dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam
ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang
tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
3.
Konflik individu dengan individu Konflik semacam ini
dapat terjadi antara individu pimpinan dengan individu pimpinan dari berbagai
tingkatan. Individu pimpinan dengan individu karyawan maupun antara individu
karyawan dengan individu karyawan lainnya.
4.
Konflik individu dengan kelompok Konflik semacam ini
dapat terjadi antara individu pimpinan dengan kelompok ataupun antara individu
karyawan dengan kelompok pimpinan.
5.
Konflik kelompok dengan kelompok Ini bisa terjadi
antara kelompok pimpinan dengan kelompok karyawan, kelompok pimpinan dengan
kelompok pimpinan yang lain dalam berbagai tingkatan maupun antara kelompok
karyawan dengan kelompok karyawan yang lain.
D. Faktor Penyebab Konflik
Beberapa
faktor penyebab terjadinya konflik yakni sebagai berikut :
1.
Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian
dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik, artinya setiap orang
memiliki perasaan, logika yang berbeda antara satu dan yang lain. Perbedaan
inilah yang sering menyebabkan konflik sosial, sebab dalam menjalani hidup
sosial seorang tidak selalu sejalan dengan orang yang lainnya. Misalnya ada
acara pesta hiburan ada yang merasa senang dengan pesta itu tetapi adapula yang
terganggu dengan acara itu karena berisik.
2.
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk
pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan
pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya,pemikiran dan pendirian yang
berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat
memicu konflik.
3.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki pendirian, logika dan perasaan yang berbeda maupun
latarbelakang budaya yang berbeda. Oleh sebab itu,dalam waktu yang
bersamaan,masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama,tetapi untuk
tujuan yang berbeda.
4.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak
dalam masyarakat. Perubahan adalah suatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi
jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak,perubahan tersebut
dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya,pada masyarakat pedesaan yang
mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial
sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak
pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat
industi.Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti
menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis
pekerjaannya
E. Dampak Konflik
Sejatinya
dampak konflik yang terjadi diantara seseorang dengan orang lain ataupun dengan
suatu kelompok dengan kelompok lain memberikan dua dampak yakni bisa dampak
positif ataupun bisa dampak negatif .
Dampak positif dari konflik yaitu:
1.
Mendorong untuk kembali mengkoreksi diri : Dengan
adanya konflik yang terjadi, mungkin akan membuat kesempatan bagi salah satu
ataupun kedua belah pihak untuk saling merenungi kembali, berpikir ulang
tentang kenapa bisa terjadi perselisihan ataupun konflik diantara mereka.
2.
Meningkatkan Prestasi : Dengan adanya konflik, bisa
saja membuat orang yang termajinalkan oleh konflik menjadi merasa mempunyai
kekuatan extra sendiri untuk membuktikan bahwa ia mampu dan sukses dan tidak
pantas untuk “dihina”.
3.
Mengembangkan alternative yang baik : Bisa saja dengan
adanya konflik yang terjadi diantara orang per orang, membuat seseorang
berpikir dia harus mulai mencari alternatif yang lebih baik dengan misalnya
bekerja sama dengan orang lain mungkin.
Dampak negatif dari konflik yakni :
1.
Menghambat kerjasama : Sejatinya konflik langsung atau
tidak langsung akan berdampak buruk terhadap kerjasama yang sedang dijalin oleh
kedua belah pihak ataupun kerjasama yang akan direncanakan diadakan antara
kedua belah pihak.
2.
Apriori : Selalu berapriori terhadap “lawan”.
Terkadang kita tidak meneliti benar tidaknya permasalahan, jika melihat sumber
dari persoalan adalah dari lawan konflik kita.
3.
Saling menjatuhkan : Ini salah satu akibat paling
nyata dari konflik yang terjadi diantara esame orang di dalam suatu organisasi,
akan selalu muncul tindakaan ataupun upaya untuk saling menjatuhkan satu sama
lain dan membuat kesan lawan masing-masing rendah dan penuh dengan masalah.
F. Strategi Penyelesaian Konflik
Pendekatan
penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah
kerjasama/ tidak kerjasama dan tegas/ tidak tegas. Dengan menggunakan kedua
macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1.
Kompetisi Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu
pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi
dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2.
Akomodasi Penyelesaian konflik yang menggambarkan
kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada
pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut
adalah taktik perdamaian.
3.
Sharing Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis
antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain
menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi
memuaskan.
4.
Kolaborasi Bentuk usaha penyelesaian konflik yang
memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem
(problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
5.
Penghindaran Menyangkut ketidakpedulian dari kedua
kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan
kepentingan kelompok lain.
G.
Pengertian Negosiasi
Pengertian negosiasi dapat
berbeda-beda tergantung dari sudut pandang siapa yang terlibat dalam suatu
negosiasi. Dalam hal ini, ada dua pihak yang berkepentingan dalam bernegosiasi
yaitu pembeli dan penjual. Lebih jelasnya bahwa negosiasi merupakan suatu proses komunikasi antara dua pihak, yang
masing-masing mempunyai tujuan dan sudut pandang mereka sendiri, yang berusaha
mencapai kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak mengenai masalah yang
sama.
Salah
satu tujuan orang bernegosiasi adalah menemukan suatu keputusan atau
kesepakatan kedua belah pihak secara adil
dan dapat memenuhi harapan atau keinginan kedua belah pihak tersebut.
Untuk mendapatkan suatu kesepakatan
kedua belah pihak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Persiapan yang cermat
2. Presentasi dan evaluasi yang jelas
mengenai posisi kedua belah pihak
3. Keterampilan, pengalaman, motivasi,
pikiran yang terbuka
4. Pendekatan yang logis untuk
menciptakan dan mempertahankan hubungan yang baik dan saling menguntungkan
serta saling menghormati
5. Kemauan untuk membuat konsesi untuk mencapai
kesepakatan melalui kompromi bila terjadi kemacetan
H.
Proses Bernegosiasi
Proses negosiasi bukanlah proses
sesaat kemudian dapat dengan segera diperoleh hasilnya. Oleh karena itu
negosiasi merupakan suatu proses yang berlangsung secara kontinu atau
terus-menerus hingga tercapai suatu kesepakatan bagi kedua belah pihak. Persiapan
yang baik sebelum bernegosiasi merupakan salah satu kunci sukses bernegosiasi.
Menurut Casse, proses bernegosiasi
ada tiga tahapan penting , yaitu sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan negosiasi
membutuhkan tiga tugas utama, yaitu merencanakan sasaran negosiasi dan
memperjelas proses negosiasi
Sasaran negosiasi adalah hasil yang
diharapkan dalam bernegosiasi. Hal ini merupakan salah satu alasan utama mengapa
seseorang bernegosiasi. Penentuan sasaran sangatlah penting sebagai arahan atau
petunjuk dalam bernegosiasi. Strategi
negosiasi yang merupakan cara untuk mencapai tujuan bernegosiasi. Untuk
mencapai kesepakatan kedua belah pihak memang diperlukan strategi yang tepat. Proses negosiasi merupakan suatu proses
tawar-menawar yang diharapkan mampu menghasilkan suatu kesepakatan dikedua
belah pihak yang saling menguntungkan
2. Tahap Implementasi
Tahap implementasi merupakan tahapan
peranan atau tindakan yang diperlukan agar mencapai sukses dalam bernegosiasi.
Implementasi negosiasi memiliki
beberapa komponen penting, antara lain :
a. Taktik cara anda, Adalah bahwa Anda
tahu tujuan yang ingin dicapai, Anda bersikeras dan memaksa pihak lawan agar
percaya bahwalah Anda yang benar dan Anda terus menekan
b. Taktik bekerja sama, Taktik ini
menegaskan bahwa Anda mau mendengarkan pihak lawan dan mengetahui apa yang ada
di benak mereka, Andalah yang memutuskan untuk bersikap reaktif(bukan proaktif)
siap bekerjasama.
c. Taktik tidak bertindak apa-apa, Taktik ini
merupakan sikap keras kepala dalam bernegosiasi. Dalam hal ini Anda tetap
bersikukuh pda pendirian dan tidak mudah berubah.
d. Taktik melangkah ke tujuan lain, Taktik
ini menuntut Andalah yang harus aktif menggeser suatu persoalan ke persoalan
lain.
3.
Tahap
Peninjauan Negosiasi
Tahap ini merupakan tahapan setelah
berlangsungnya suatu proses negosiasi. Ada beberapa alasan penting mengapa
tahap peninjauan negosiasi perlu dilakukan, antara lain:
a) Untuk memeriksa apakah Anda sudah mencapai
tujuan anda
b) Jika tidak, maka hal itu dapat
menjadi pelajaran sekaligus pengalaman yang sangat berharga bagi seorang
negosiator
c) Jika ya, maka pastikan apa yang
sudah Anda lakukan dengan baik dan bangunlah kesuksesan Anda.
I.
Tipe Negosiator
Pemahaman yang baik terhadap
karakteristik atau ciri-ciri berbagai macam negosiator akan membantu
mempermudah Anda dalam menentukan strategi bernegosiasi. Menurut Casse, ada
empat tipe negosiator (types of negotiator) yaitu; negosiator curang,
negosiator profesioal, negosiator bodoh, dan negosiator naïf. Masing-masing
tipe negosiator dapat dijelaskan berikut ini:
1. Negosiator Curang
Anda harus hati-hati berhadapan
dengan seorang negosiator yang curang karena pada dasarnya yang terlinta dalam
benak pikirannya adalah bagaimana memenangkan negosiasi dan mengalahkan Anda.
Bahkan, bukanlah mustahil dapat menghalalkan segala cara. Yang penting baginya
adalah dapat memenangkan negosiasinya.
2. Negosiator Profesional
Seorang negosiator yang professional
akan tahu apa yang sedang dinegosiasikan, dan tahu bagaimana memperoleh apa
yang diinginkannya. Ia memiliki pengetahuan dan keterampilan bernegosiasi yang
baik. Yang tak kalah pentingnya adalah ia tahu banyak hal tentang lawan
negosiasinya.
3. Negosiator Bodoh
Seorang negosiator yang bodoh
cenderung menghendaki kekalahan untuk kedua belah pihak. Tidak peduli apapun
yang Anda lakukan,ia akan berusaha sekuat tenaga agar tidak ada yang bisa
keluar sebagai pemenang. Oleh karena itu, untuk menghadapi negosiator Anda
harus memahami apa yang sebenarnya terjadi dibalik perilaku pihak lawan yang
bodoh atau pura-pura bodoh tersebut.
4. Negosiator Naif
Pada umumnya ia adalah negosiator
yang tidak siap bernegosiasi, tidak tau pokok persoalan yang akan
dinegosiasikan, bahkan cenderung percaya begitu saja pada pihak lawan
negosiasinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konflik
dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik
merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat
pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan
integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol
akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat
menciptakan konflik. Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak
selalu negatif akibatnya. Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan
(dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi mereka yang terlibat
maupun bagi organisasi.
Menurut Oliver, negosiasi adalah sebuah transaksi dimana kedua belah pihak
mempunyai hak atas hasil akhir. Hal ini memerlukan persetujuan kedua belah
pihak sehingga terjadi proses yang saling memberi dan menerima sesuatu untuk
mencapai kesepakatan bersama. Sementara itu Casse, negosiasi adalah proses dimana paling sedikit ada dua pihak dengan
persepsi, kebutuhan, dan motivasi yang berbeda mencoba untuk bersepakat tentang
suatu hal demi kepentingan bersama.
proses negosiasi selalu melibatkan
dua orang atau lebih yang saling berinteraksi, mencari suatu kesepakatan kedua
belah pihak, dan mencapai tujuan yang dikehendaki bersama kedua belah pihak
yang terlibat dalam negosiasi.
B.
Saran
Masalah bisa datang kapan saja, baik
dari lingkungan sekitar maupun dari individu itu sendiri, maka agar tidak
memperpanjang atau memperluas terjadinya konflik, maka selesaikanlah dengan
positif, serta bernegosisilah dengan baik untuk menyelesaikan konflik tersebut.
Baca Juga: Makalah Inovasi Kurikulum