MAKALAH ETIKA FROFESI GURU DALAM MENJAWAB TANTANGAN MORALITAS BANGSA


ETIKA FROFESI GURU MENJAWAB TANTANGAN MORALITAS BANGSA
A. Etika Guru Dan Siswa Dalam Berbagai Perspektif
Pengertian Etika (Ethic) secara umum sudah banyak dibicarakan orang, Bahkan oleh para ilmuan yang sering memperbincangkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengenai pengertian etika ini, yang jelas tidak jauh berbeda dengan pernyataan dibagian pembahasan sebelumnya.Bahwa etika adalah nilai-nilai atau norma-norma kumpulan asas atau nilai moral, ilmu tentang baik atau buruk, benardan salah dalam suatu lingkungan dan kebudayaan tertentu.
Kata Guru berasal dalam bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengejar, dalambahasa inggris, dijumpai kata teacher tentang artinya pengajar, selain itu juga terdapat kata tutor yang berarti  guru pribadi yang mengajar dirumah, mengajar ekstra, yang memberikan les tambahan pelajaran. Dalam bahasa Arab istila yang mengacu kepada pengertian guru lebihbanyaksepertiAl-alim (JamaknyaUlama) atauAl-Mualim yang berartiorang yang mengetahui dan banyak digunakan para ulama/ ahli pendidikan untuk menunjuk kepada guru. Ada sebagian ulam ayang menggunakan istilah Al-Mudaris untuk arti orang mengajar atau orang yang memberikan pelajaran.Namun dibandingkan dengan kata Al-Mu’alim adalahu lama dengan kata Al-Mudaris.
Sama halnya dengan teori Barat, pendidik atau guru dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.Begitu pun pandanganSukmadinata, menyatakan bahwa guru adalah manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu. Kepribadian guru, seperti halnya kepribadian individu pada umumnya terdiri atasas pekjasmaniah, intelektual, sosial, dan moral. Seluruh aspek kepribadian tersebut terintegrasi membentuk suatu kesatuan yang utuh, memiliki cirri-ciri yang khas. Integrasi dan kekhasan cirri-ciri individu terbentuk sepanjang perkembangan hidupnya.
Di dalam ilmu pendidikan yang dimaksud dengan guru atau pendidik ialah semua yang mempengaruhi perkembangan seseorang, yaitu manusia, alam dan kebuayaan.Manusia, alam dan kebudayaan inilah dalam istilah ilmu pendidikan sebagai lingkuangan pendidikan. Akantetapi yang terpenting diantara ketiganya adalah manusia.Jika manusia melakukan pendidikan secara sadardan ada pula yang tidak tau kadang-kadang dengan kesadaran, maka alam dan kebudayaan tidak memiliki kemampuan kesadaran itu.
Begitu pula dengan UU guru dan dosen nomor 14 tahun 2005 disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalu rpendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sedangkan dalam UU sikdisnas no 20 tahun 2003 yang dimaksud pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan penidikan.
Salah satu hal yang menarik pada ajaran islam adalah penghargaan islam yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu, sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat dibawah Nabi dan Rasul.Hal ini disebabkan karena guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan.Sedangkan Islam amat menghargai pengetahuan.
Asama Hasan Fahmi menyatakan bahwa penghargaan islam terhadap ilmu pengetahuan tergambar dari hadits-hadits yang artinya sebagaiberikut:
a.      Tinta utama lebih berharga dari pada suhada
b.      Orang berpengetahuan melebihi orang yang senang beribadah, yang berpuasa, dan menghabiskan waktu malamnya untuk mengerjakan shalat, bahkan melebihi kebaikan orang yang perperang dijalan Allah.
c.       Apabila meninggal seorang alim, maka terjadilah kekosongan dalam Islam yang tidak dapat diisi kecuali oleh seorang alim.

Guru merupakan pemeran utama dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk dapat memiliki kualifikasi dasar seperti menguasai materi, antusiasme dan penuh kasih saying dalam prosesnya mengajar atau mendidik kepada setiap muridnya. Seorang guru harus sedapat mungkin mengajar dengan dilandasi kasih saying kepada umat manusia tanpa memandang status sosial ekonomi, agama, kebangsaan, dan lain sebagainya.
Misi utama seorang guru adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan sebaliknya membodohkan masyarakat. Di samping itupun guru harus mempersiapkan murid-muridnya sebagai individu yang bertanggung jawab dan mandiri, bukan menjadikan nyaman jadan beban bagi masyarakatnya. Proses pencerdasan semacam ini perlu dilandasi dengan pandangan filosofi guru bahwa setiap murid adalah individu yang memiliki kemampuan dan keterampilan.
Dalam pandangan humanism religious, guru tidaklah dibenarkan memandang murid dengan sebelah mata, mengajar setengah hari, atau bahkan memandang rendah kemampuan muridnya.
Dengan demikian yang dimaksud denganetika guru adalah tingkah laku guru dalam mendidik anak muridnya, yang mana seorang guru harus terhadap murid-murid, karena bagaimanapun juga mendidik pekerjaan yang tidak mudah, karena mendidik anak didik itu tidak semudah membalikkan telapak tangan karena guru selain memberikan yang terbaik untuk anak didiknya, seorang gurupun dalam menyikapi satu hal, adalah masalah dengan baik dalam mendidik, maka guru harus benar-benar bisa menyikapi dengan baik, karena tingkah laku adalah etika seorang guru sangat berperan sekali. Sehingga sifatnya akan menjadi contoh kepada anak muridnya, karena selain memberikan ilmu pengetahuan adalah mentrasfer ilmu kepada anak didik, guru pun bisa memberikan sikap yang baik terhadap anak didiknya karena seorang murid adalah orang yang menghendaki agar mendapat ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia didunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh.
Sifat seorang guru hendaklah mampu menjadi tauladan bagi murid-muridnya, karena untuk menjadi seorang guru dapat dipengaruhi oleh factor bakat untuk menjadi seorang guru dari lahir, professional.Dan jika sifat-sifat yang dimilki oleh guru tertanam sejak dulu (sejak kecil), maka seorang guru sangat berperan dalam mendidik dan membimbing seorang muridnya dengan baik karena factor bawaan atau turunan.Membimbing dan mendidik seorang murid memang harus dengan kesabaran yang sangat mendalam, karena bagaimana juga seorang guru ketika didalam kelas mampu sebagai pengganti orang tuanya, sehingga peran orang tua diambil alih oleh guru yang membimbing atau pun mendidik dikelas.
Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, bahwa etika guru dalam perspektif Islam berkaitan dengan tingkah laku seorang guru, yang mesti berprilaku sebagai orang yang berilmu, penyabar, taqwa dan ikhlas sebagaimana yang telah digambarkan dalam Al-qur’an.
Dalam Q.s Al-mujadilah disebutkan bahwa Allah akan meninggikan derajat bagi orang-orang yang berilmu dan memiliki pengetahuan.





Artinya:”…..,Makaberdirilah, niscaya Allah akanmeninggikanorang-orang yang berimandiantaramudanorang-orang yang diberiilmupengetahuanbeberapaderajat. dan Allah MahaMengetahuiapa yang kamukerjakan.”

Begitupundengansifatsabar yang guru miliki, kesabaran merupakan syarat yang sangat di perlukan di dalam proses belajar mengajar. Sifat sabar Sangat perlu dimiliki oleh setiap guru baik dalam melakukan tugas mendidik maupun menanti hasil dari jerih payahnya, penyabar termaksud sifat mendasar yang menolong keberhasilan mendidik dalam tugas guru dan tanggung jawab Pembentukan dan perbaikan, adalah sifat sabar yang dengan sifat itu murid akan tertarik kepada pendidiknya. Dengan kesabaran pendidik setiap murid akan berhasil dengan akhlak yang terpuji dan terjauh dari perangai tercela. Bahkan di hadapan muridnya, pendidik akan menjadi malaikat dalam wujud manusia.
Jika pendidik tidak menghiasi dirinya dengan taqwa, perilaku dan muamalah yang berjalan pada metode islam, maka anak akan tumbuh menyimpang, terombang-ambing, dalam kerusakan, kesesatan dan kebodohan. Karenanya harapan pendidik memahami realitaini, jika menginginkan kebaikan, perbaikan dan petunjuk bagi anak-anak.Selain itu pula, seorang juga perlu memiliki keikhlasan, karena mutlak dimiliki oleh setiap guru.Selain dapat membuat suasana belajar lebih kondusif, dalam proses mentransfer nilai-nilai, ajaran-ajaran dan bahan materi pun mudah terlaksana dan dapat di terima dengan baik juga dapat menghilangkan rasa tertekan (depresi) pada diri guru sendiri. Hal ini dapat terlihat jelas dalam Q.s. Al-An'am: 162


Artinya: "Katakanlah, Sesungguhnya sembahyang ku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam."
Seorang guru harus mampu memberikan contoh etika yang baik bagi muridnya dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru, karena keikhlasan, kesabaran, ketaqwaan, dan kejujuran seorang guru di dalam pekerjaannya merupakan jalan terbaik kearah kesuksesan proses belajar mengajar dan akan menjadi guru yang benar-benar dirindukan oleh setiap muridnya.
1. Etika Murid dalam Pembelajaran
Menjadi suatu keniscayaan bagi kita semua, bahwa mencari ilmu merupakan suatu kewajiban yang harus di tempuh bagi setiap manusia, seperti yang di sabdakan oleh Rasulullah Saw.

Artinya : "Mencari ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki maupun perempuan".
Patut di ketahui bahwa dalam hadits tersebut upaya kita mencari ilmu merupakan suatu kewajiban bukan hanya kaum Adam, Bukan pulahanya untuk kaum Hawa. Melainkan kedua-duanya diwajibkan untuk mencari ilmu yang diperolehnya melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut merupakan hal yang bersifat edukatif yang membangun interaksi antara guru dan murid.
Mengajar bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan dapat di lakukan secara asal-asalan perlu ada suatu keahlian ataupun keterampilan yang bagus di samping memiliki pengetahuannya yang luas. Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang terencana dan memiliki prosedur khusus di desain sedemikian rupa, sehingga dengan demikian dalam pelaksanaannya akan mencapai hasil yang di harapkan.
Desain pembelajaran tersebut dimaksudkan agar hubungan antara guru dan murid di landasi dengan nilai-nilai etika dan estetika pembelajaran. Dengan panduan atau aturan yang jelas dan tidak memihak, maka akan terbentuk hubungan yang harmonis sehingga tujuan dari pembelajaran atau pendidikan tersebut akan tercapai sesuai dengan harapan. Jadi jelas juga etika menjadikan prasyarat utama dalam proses pendidikan ataupun pembelajaran bagi seorang murid.
Istilah murid beberapa di antara kita masih menyebutnya sebagai anak didik, peserta didik, dan siswa. Sebutan murid ini mendapat pengaruh dari ajaran Islam, seperti halnya dalam pandangan tasawuf murid merupakan individu yang sedang belajar, menyucikan diri, dan sedang berjalan menuju Tuhan. Hal ini dapat terlihat dari adanya kepatuhan seorang murid kepada gurunya.
Sebutan anak didik mengandung pengertian guru menyayangi murid seperti anak sendiri. Faktor kasih sayang guru terhadap anak didik di anggap sebagai salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Begitu pun dengan istilah peserta didik yang sering disebut-sebut sebagai istilah yang paling muktahir, istilah ini menekankan pentingnya murid berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan hal ini menjadikannya kunci keberhasilan pendidikan. Dan jika di presentasikan perbedaan makna murid, anak didik, dan peserta didik dalam proses pembelajaran kira-kira seperti ini: pada hubungannya guru-murid kegiatan 100% terpusat pada guru dan murid 0%, dalam hubungannya guru-anak didik  75 %, sedangkan hubungan guru-peserta didik guru mungkin adalah 50 % dan 50% peserta didik. Berapa pun besarnya perbedaan makna di antara  ketiga istilah ini merupakan satu langkah atau upaya dalam memberikan perubahan pada peran pelajar dalam proses pembelajaran.
Namun dalam pembahasan buku ini, saya mencoba mengambil makna murid sebagai istilah yang tepat dalam pendidikan sebagai hubungan kepada guru dalam pendidikan sebagai hubungannya kepada guru dalam upaya mencari ilmu, dan sedang belajar. Sa'id Hawa menjelaskan adab dan tugas murid (yang dapat disebut dengan sifat-sifat murid) sebagai berikut:
Pertama, murid harus mendahulukan kesucian jiwa sebelum yang lainnya. Sama halnya dengan shalat, ia tidak akan sah manakala bum suci dari Hadas dan najis. Begitu pula menyamarkan hati dengan ilmu tidak sah kecuali ketika hati itu telah suci dari kekotoran akhlak sebagai indikator kesucian. Dan lada intinya bagian ini menjadikan murid jiwanya itu harus suci.
Kedua, murid harus mengurangi keterikatannya dengan kesibukan duniawiah karena kesibukan itu akan melengahkan dari proses menuntut ilmu. Sebagaimana dalam firman-nya Q.s Al-Ahzab: 4
Artinya: "Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seorang dua buah hati dalam rongga ya...."

Dalam potongan ayat tersebut di jelaskan bahwa ketika pikiran seorang murid terpecah, maka ia tidak akan dapat memahami hakikatnya. Oleh karenanya dikatakan bahwa, ilmu tidak akan memberikan kepada mu sebagainya sebelum kamu menyerahkan kepadanya seluruh jiwamu; jika kamu telah memberikan sebagaimana kepada mu maka itu berarti kamu dalam bahaya." Pikiran yang terpencar pada berbagai hal seperti sungai kecil yang yang airnya terpencar kemudian sebagainya diserap oleh tanah dan sebagainya lagi menguap ke udara sehingga tidak ada air yang terkumpul dan sampai ke ladang tanaman. Intinya ialah murid harus berkonsentrasi menuntut ilmu, tidak mengonsentrasikan diri pada selain itu.
Ketiga, tidak sombong terhadap orang yang berilmu, tidak bertidak sewenang-wenang terhadap guru harus patuh terhadap guru seperti patuhnya orang sakit terhadap dokter yang merawatnya. Murid harus tawaddlu kepada gurunya dan mencari pahala dengan cara berhidmat kepada guru. Orang yang sombongterhadap guru ialah ia tidak akan terhadap murid ketika ia congkak seperti enggannya banjiir menghampiri gunung tinggi. Dan pada intinya seorang murid harus patuh terhadap guru dengan Tawaddlu itu salah satu indikator kepatuhan.
Keempat, orang yang menekuni ilmu pada tahap awal harus menjaga diri dari mendengarkan perbedaan pendapat atau khilafah antar Mazhab karena hal itu akan membingungkan pikirannya. Memahami perbedaan pendapat dapat diberikan pada belajar tahaplanjut.
Kelima, penurut ilmu harus mendahulukan menekuni ilmu yang paling penting untuk dirinya. Jika usianya mendukung barulah ia menekuni mu yang lain yang berkaitan dengan ilmu paling penting tersebut.
Keenam, tidak menekuni banyak ilmu sekaligus, melainkan berurutan dari yang paling penting. Dan diantara ilmu yang paling utama y ilmu tentang mengenal Allah.
Ketujuh, tidak memasukkan cabang ilmu sebelum menguasai cabang ilmu yang sebelumnya. Ilmu itu sifatnya bertahap dan berurutan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya yang sering kali memiliki sifat prerequisite.
Kedelapan, hendaklah mengetahui ciri-ciri ilmu yang paling mulia, itu diketahui dari hasil belajarnya, dan kekuatan dalilnya. Contoh ( dari segi hasil): hasil belajar ilmu agama adalah kehidupan yang abadi, sedangkan hasil belajar ilmu kedokteran adalah kehidupan yang fana. Jadi belajar ilmu agama lebih utama dibandingkan dengan ilmu kedokteran.
Dari sekian adab dan tugas murid yang dijelaskan oleh Sa'id Hawwa tersebut di atas ada dua hal yang menjadi inti yaitu:
pertama, murid harus selalu berusaha menyucikan jiwanya.
Kedua, murid harus tetap patuhpada gurunya.
Dalam uraian  Hawwa tersebut konsep yang  yang ada lada istilah anak didik, yaitu guru sayang terhadap anak didik seperti anaknya sendiri, sudah tercakup dan itu lebih jelas lagi lada uraiannya tentang kewajiban guru. Akan tetapi salah satu yang belum jelas terungkap dalam uraian Hawwa tersebut adalah konsep peserta didik, bahkan ada kesan konsep murid telah mengabaikan peran serta murid dalam proses pendidikan. Peserta didik dalam UUSPNnomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa peserta didik adalah anggota Masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Konsep adab dan tugas murid dalam uraian Hawwa tersebut adalah murid dalam konteks tasawuf. Sekalipun demikian, konsep itu dapat diterima dalam konsep murid secara umum. Konsep adab dan tugas murid dalam pendapat Hawwa itu dapat di bakukan untuk sebutan pelajar disekolah apapun dengan penambahan pada dua segi, yaitu peran serta murid dalam pembelajaran di perhitungkan dan daya kreatif murid harus dikembangkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan konsep sebagai berikut:
a. Istilah yang paling tepat untuk pelajar adalah murid, bukan anak didik atau peserta didik.
b. Istilah murid mencakup konsep berikut:
1.) Murid harus berusaha menyucikan batinnya,
2.) Murid harus menganggap bahwa belajar dan menyucikan batin itu adalah suatu bentuk     ibadah,
3.) Murid berhak mendapat kesih sayang dari gurunya,
4.) Murid harus dikembangkan daya kreativitasnya dalam pembelajaran.
Alasan pemilihan istilah "murid" karena istilah ini berisi konsep yang lebih menjamin tercapainya tujuan pendidikan yaitu terwujudnya manusia yang memiliki kemanusiaan yang tinggi.
Dalam kitab "ta'lim muta'lim ada enam prasyarat bagi murid sebagai pencari ilmu dalam proses pembelajaran yakni modal, semangat, waktu yang memadai, petunjuk guru, keuletan (kesabaran), dan kecerdasan. Enam prasyarat ini dikutip oleh al-Zarnuji pada abad ke13.
Menurut syekh az-Zanuji ini masih dalam kitab ta'lim muta'lim menerangkan beberapa sifat dan tugas para penuntut ilmu:
a. Tawadhu' sifat sederhana, tidak sombong tidak pula rendah hati.
b. Iffah, sifat yang menunjukkan rasa harga diri yang menyebabkan seseorang terhindar dari             perbuatan yang tidak patut.
c. Tabah, tahan dalam menghadapi kesulitan pelajaran dari guru.
d. Sabar, tahan terhadap godaan nafsu.
e. Cinta ilmu dan hormat kepada guru dan keluarga nya.
f. Sayang kepada kitab, menyimpan kitab dengan baik.
g. Hormat kepada sesama penuntut ilmu dan tamalluk kepada guru dan kawan guru dan        kawan untuk menghadap ilmu dari mereka m
h. Bersungguh-sungguh dalam belajar dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
i. Teguh pendirian dan ulet dalam menuntut ilmu dan mengulangi pelajaran.
j. Wara', ialah sifat menahan diri dari perbuatan yang terlarang.
k. Punya cita-cita yang tinggi dalam mengejar ilmu pengetahuan.
l. Tawakal, maksudnya menyerahkan kepada Tuhan segala perkara.
m. Bertakwal adalah akhir dari proses kegiatan dan ikhtiar seorang muslim untuk mengatasi segala urusannya.
Pembahasan dalam bagian ini merupakan hal-hal yang terkait bahwa keberhasilan seseorang pelajar atau mahasiswa dalam mencapai tujuannya yaitu mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun memberikan kemanfaatan bagi orang lain, mereka harus melaksanakan hal-hal yang menjadi etika atau aturan dalam proses pembelajaran. Peran guru sebagai orang yang telah memberikan ilmu dan pengajaran kepada muridnya, maka menjadi tugas dan kewajiban murid untuk dapat memuliakan guru.
Selesai itu, menurut imam Al Ghazali seperti yang dikutip oleh nur uhbiyati bahwa agar anak didik itu memperoleh ilmu yang bermanfaat diperlukan adab atau tata Krama untuk mengikuti pendidikan Islam, adab-adab itu antara lain:
a. Hendaklah seorang pelajar mengemukakan cita-cita yang suci murni dan dipenuhi oleh      semangat yang suci, terhindar dari sifat yang tidak senonoh, dan sebagai pelajar      hendaklah ia mempunyai Budi pekerti yang baik.
b. Hendaklah tidak berhubungan dengan urusan lain, hendaklah pula meninggalkan tanah     air dan keluarganya ketika menuntut ilmu.
c. Jangan menyombongkan diri karena ilmu pengetahuan yang dimiliki. Jangan menaruh        buruk sangka kepada guru yang mengajar.
d. Hendaklah hati-hati  mendengar nasihat guru sebagaimana orang sakit memperhatikan       nasihat dokternya. Di bagikan ini Al-Ghazali amat memperkeras fatwanya, diterangkan           supaya pelajar itu harus mempunyai disiplin kepad dirinya, patuh mengikuti perintah       guru.
e. Hendaklah seorang pelajar itu tetap dan tenang belajar menghadapi seorang guru.
f. Janganlah ia meninggalkan satu mata pelajaran yang hendak dipelajarinya, sebelum            dimilikinya pelajaran itu. Sebelum ia sanggup membahas pelajaran itu sedalam- dalamnya.
g. Janganlah hendak mempelajari sekalian ilmu-ilmu pengetahuan itu, karena umur manusia   tidak akan cukup untuk mempelajarinya, sebab itu ambillah ilmu yang lebih penting    dahulu.
h. Hendaklah tujuan pendidikan itu dihadapkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.            yaitu dengan jalan berbakti kepada-Nya.
i. Hendaklah pelajar mengetahui perbandingan faedah tiap-tiap mata pelajaran dengan ilmu-  ilmu yang lain. 132.

2. Etika Hubungan Guru dan Murid
Dalam situasi pendidikan atau proses pembelajaran akan terjalin interaksi antara murid dengan gurunya atau antara peserta didik dengan pendidik. Interaksi ini sesungguhnya merupakan pertemuan antara dua kepribadian, yaitu kepribadian guru sebagai orang dewasa dan kepribadian murid sebagai orang yang belum dewasa dan sedang berkembang mencari kedewasaan. 133 tugas memanglah sangat mulia, ia membantu anak bangsa ini untuk menjadi cerdas dan menemukan diri mereka sendiri.
Perjuangan seorang guru tidak kenal lelah dalam mencerdaskan anak bangsa, walaupun tingkat kesejahteraan guru masih terus diperjuangkan. Bahkan dalam satu keterangan hadist dikatakan bahwa ilmu yang disampaikan oleh guru akan terus mengalir sampai ia meninggal dunia. Betapa hebatnya pengabdian guru, sampai Allah telah menjanjikan untuk mengangkat derajatnya oleh Allah SWT., guru dapat saya katakan sedang membawa pesan dari sang maha pemberi pesan, karena sebagai messenger atau pemberi pesan, maka guru harus benar-benar secara profesional dan berdedikasi tinggi dalam menyampaikan pesan dan menghadapi setiap muridnya.
Kedudukan guru sebagai pendidik dan pembimbing tidak bisa dilepaskan dari guru sebagai pribadi. Kepribadian guru sangat mempengaruhi peranannya sebagai pendidik dan pembimbing diantara mendidik para muridnya yang tidak hanya menyampaikan materi metode-metode penyampaian yang digunakannya, tetapi dengan seluruh kepribadiannya. Mendidik tidak hanya diajarkan tetapi juga interaksi formal, tidak hanya diajarkan tetapi juga ditularkan melalui kepribadian guru yang merupakan satu kesatuan antara sifat-sifat pribadinya sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing.
Seorang guru bukan hanya harus memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan mengajar yang baik terhadap materi pelajaran yang akan diajarkannya. Akan tetapi jika hal tersebut dibandingkan dengan kepribadian. Hal ini dapat dipahami, karena pengguasan terhadap ilmu dan latar belakang pendidikan keguruan dapat dipelajari, sedangkan kepribadian merupakan hal yang sulit dibentuk. Dalam hubungannya, seorang guru dan murid memiliki hubungan searah, proses pembelajaran berlangsung dari guru sebagai subjek dan murid sebagai objek.134 hal semacam ini cenderung menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran, dan dituntut seorang guru harus menjadi tauladan bagi murid-muridnya. Setiap murid dalam interaksi belajar mengajar adalah sebagai subjek dan objek. Sebagai subjek, karena murid menentukan hasil belajar dan sebagai objek, karena murid lah yang menerima pelajaran dari guru. 135 tugas-tugas murid sebagai subjek senantiasa berkaitan dengan kedudukannya sebagai objek. Kegiatan belajar mengajar akan mempunyai arti dan terserap lebih baik, jika murid memelihara adab terhadap guru maupun terhadap sesama teman belajarnya.
Guru memiliki kedudukan yang mulia di mata muridnya, oleh karenanya hubungan di antara guru dan murid tidak dapat di perhitungkan untung atau rugi, apabila untung dan ruginya dalam ekonomi. Di dalam Islam kedudukan guru amatlah mulia, hal ini dapat disaksikan secara nyata pada zaman sekarang, terutama di pesantren yang ada di Indonesia. Seorang santri bahkan tidak berani menantang sinar mata kyainya, dan ada sebagian lagi membungkukkan badan tatkala menghadap kyainya.
Kedudukan guru di mata muridnya amatlah tinggi, itulah yang membedakan pandangan seorang guru dalam Islam dan guru di Barat. Apabila hubungan guru dan murid di Barat lebih dari sekedar hubungan pemberi dan penerima, juga posisi guru sebatas orang yang memiliki pengetahuan luas di banding muridnya. Betapa mulia peranan peranan guru dalam Islam untuk mendidik murid-muridnya yang tidak sekedar "transfer of knowledge " yang menjadikan guru sebagai pemberi dan murid sebagai penerima dari apa yang disampaikannya.
Dalam sejarahnya, hubungan guru dan murid khususnya dalam Islam sedikit demi sedikit telah bergeser nilainya. Hal ini bisa saja disebabkan karena faktor dari luar yang mencoba mengalienasikan doktrinasi guru terhadap muridnya. Sehingg kurang lebihnya peranan guru sekarang sebagai berikut:
1. Kedudukan guru dalam Islam semakin merosot.
2. Hubungan guru-murid semakin kurang bernilai, menghargai atau menghormati murid kepada guru telah menurun.
3. Harga karya semakin tinggi.
Gejala semacam ini merupakan kenyataan yang tidak dapat disangkal. Bagi kita sebagai umat Islam tidak mungkin memejamkan matanya, terus berpura-pura tidak mengetahui bahwa telah terjadi perubahan pandangan dalam masyarakat Islam tentang peran dan kedudukan guru dalam hubungannya dengan murid. Oleh karena itu perlu adanya solusi yang dapat menyelesaikan masalah semacam ini dengan banyak teori-teori pendidikan yang di sesuaikan dengan semangat ajaran Islam.
Untuk mewujudkan hubungan guru dan murid yang diharapkan atau selain guru di harapkan atau selain guru harus si dalam bidang ilmu yang diajarkan, tetapi yang terpenting seorang guru harus terampil memandu murid-muridnyamelalui contoh kepribadian atau akhlak yang terpuji. Seorang guru secara psikologis harus mengerti kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh muridnya, guru juga dapat berperan sebagai bidan yang membantu anak didiknya dalam melahirkan ide-idenya, karena guru adalah pembimbing sekaligus kendorong(motivator). Fasilitator dan pelayanan bagi anak didiknya.
Kunci untuk menjalin hubungan emosional yang baik adalah cinta. Guru yang baik adalah guru yang melandaskan interaksinya dengan murid di atas nilai-nilai cinta. Hubungan yang berlandaskan cinta akan melahirkan keharmonisan, sehingga akan terjalin rasa saling merindu antara guru dan murid tatkala ia selesai melaksanakan proses pembelajaran. Abdullah Munir dalam bukunya Spiritual Teaching, mengatakan bahwa sosok guru harus senantiasa memperlihatkan sifat kasih sayang kepada muridnya setiap saat,baik di dalam maupun di luar sekolah.
Peran guru dalam proses pembelajaran harus dapat mendengarkan setiap pendapat para muridnya, selalu bersikap objektif, terbuka dan membantu perkembangan murid sesuai dengan kemampuan dan kecepatan menerima materi. Pemberian semangat kepada murid, maka murid tersebut akan mendapatkan pengalaman pengalaman yang benar-benar dirasakan olehnya, karena secara alamiah, manusia pada dasarnya baik (Hanif), merdeka dan setiap orang mempunyai nurani yang berisikan kejujuran, kebenaran dan ketulusan, inilah yang harus ditanamkan dari diri seorang guru dan terutama pada muridnya.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kasih sayang guru sangat diutamakan dalam proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan dengan kasih sayang, seorang murid akan merasa terayomi, sehingga memudahkan mereka menerima dan mengimplementasikan apa yang disampaikan oleh guru mereka. Maka untuk mengharmonisasikan hubungan di antara keduanya itu, guru sebagai faktor sentral dalam pendidikan harus mampu menjadi trendsetter bagi muridnya sebagai mana yang di kemukakan Al-Abrsyi berikut:
1. Seorang guru mesti mengetahui karakter murid,
2. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam bidang yang diajarkannya maupun dalam cara mengerjakannya,
3. Guru harus mengamalkan ilmunya, jangan berbuat berlawanan dengan ilmu yang diajarkannya.
Kualitas hubungan guru dan murid sangat penting jika guru ingin menjadi efektif dalam mengajar, jalinan emosional yang baik antara guru dan murid akan mencipkan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan. Seperti yang dikemukakan Asep Mahfoedz dalam bukunya "Be  a Good Teacher ", menyebutkan bahwa "sejauh kita memasuki dunia murid, sejauh itu pula pengaruh yang kita miliki di dalam kehidupan mereka, bersahabat lah dengan murid agar saling percaya satu sama lain. Dan berikan kerinduan kepada setiap murid, agr mereka membalasnya dengan kasih sayang yang mendalam,dan cintailah mereka dengan penuh ketulusan agar mereka membalasnya dengan prestasi dan kesuksesan.
Membangun hubungan yang baik dengan guru-murid akan membawa kebaikan yang lebih banyak. Hubungan iniakan mampu menghilangkan dinding pembatas antara guru-murid sebagai pemberi dan penerima. Dan oleh karena itu,adanyadua kepribadian yang berbeda antara guru-murid ini akan saling mengenal bahkan memahami karakter satu sama lain.
Dalam "Adabul 'Alim wal mu' allim" oleh Syaikh Hasyim Asy'ari dijelaskan hubungan guru-murid begitu detail dan pantas untuk diindahkan oleh seorang guru, penjelasannya diantaranya sebagai berikut:
Pertama, seorang guru dalam mengajar murid-muridnya hendaklah berniat semata-mata karena Allah untuk menggapai ridho Allah SWT. Bukan menjadikan ilmu sebagai alat/komoditi perekonomian. Etika ini berangkat dari hadits Rasulullah SAW," Amal itu hanya tergantung dari niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan dari apa yang diniatkannya" (H.R Bukhari dan Muslim)
Niat yang bersih ini menjadi penting bagi seorang guru PNS atau bukan, guru dengan gaji yang sangat besar atau bahkan guru yang tidak di gaji sekalipun harus diniatkan mengajar karena Allah SWT. Dengan niat yang benar ini membuka pertolongan Allah SWT untuk memudahkan guru dalam mengajar dengan baik dan mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Sehingga mengajar bukan menjadi beban walaupun pekerjaan ini sangat berat dijalaninya, karena hanya mencapai ridho Allah SWT makan seberat apapun tantangannya mengajar akan mudah dilalui oleh seorang guru yang tulus niatnya ini.
Kedua, membimbing siswa yang di ajarnya untuk ikhlas dalam belajar. Setelah keikhlasan seorang guru terpatri ketika mulai mengajar, tidak kalah penting adalah menanamkan keikhlasan pula pula pada siswa yang akan menuntut ilmu, sehingga akan sempurnalah dua pekerjaan ini. Seorang guru yang ikhlas dalam nb mengajar di padukan dengan murid-muridnya yang ikhlas dalam belajar maka dengan pertolongan Allah SWT cahaya ilmu akan turun pada  hati dan pikirannya.
Ketiga, seorang guru hendaknya mencintai muridnya sebagimana seorang guru mencintai dirinya sendiri. Seorang guru hendaknya juga tidak menyukai sekecil apapun musibah menimpa muridnya sebagaimana ia tidak menyukai jika musibah tersebut menimpa dirinya.
Poin yang ketiga ini sungguh sangat berat bagi seorang guru, untuk keberhasilan pembelajaran guru harus mengajar murid-muridnya dengan penuh kasih dan sayang. Jika ini mampu dilaksanakan oleh seorang guru maka tidak ada siswa yang di marahi oleh gurunya, dihukum fisik apalagi sampai terjadi pelanggaran etika bahkan pelanggaran hukum yang mungkin dilakukan oleh seorang guru karena emosi atau hawa nafsu.
Keempat, seorang guru hendaknya bersikap kepada muridnya dengan baik dan santun. Syaikh Hasyim Asy'ari bahkan mengatakan bahwa seorang guru hendaknya bergaul dengan murid-muridnya sebagai mana ia bergaul dengan anak-anak kandungnya yang paling baik.
Sikap guru yang baik dan santun kepada anak didiknya, tidak hanya akan menjadi suri tauladan yang baik, tetapi juga akan memberikan ketenangan dan kenyamanan kepada siswa dalam proses pembelajarannya. Tidak hanya itu secara psikologis hubungan yang baik akan seperti itu berdampak pada perkembangan psikologis yang positif.
Kondisi seperti ini mendorong secara tidak langsung mendorong siswa untuk semangat belajar. Namun jika guru menemukan dirinya yang kurang bersemangat seorang guru hendaknya tidak bosan-bosan untuk memberikan motivasi. Jika seorang murid terlalu  bersemangat, seorang guru hendaknya bisa mengendalikan semangat tersebut agar tidak menimbulkan kebosanan. Dan jika seorang murid bersalah, seorang guru sebisa mungkin memanfaatkan dan membimbing ke arah yang lebih baik.
Menurut Syaikh Hasyim Asy'ari ada suatu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru. Jika seorang murid sering melakukan  kesalahan dan menularkan kesalahan dan pembangkangan tersebut kepada teman-temannya maka seorang guru tidak perlu ragu untuk mengeluarkan muridnya tersebut dari majelisnya. Hal ini demi menjaga murid-murid yang lain dari pengaruh buruk yang di timbulkan oleh murid yang membangkang tersebut. Walaupun demikian, seorang guru hendaknya tetap mendoakan murid yang dikeluarkan tersebut agar ia mendapatkan jalan yang lurus suatu saat nanti.
Kelima, seorang guru dalam mendidik dan mengajar menerapkan doktrin "selama sesuatu bisa di permudah, hendaknya di permudah. Bukan dipersulit". Karena itu seorang guruhendaknya mengajar dengan kata-kata serta metode yang mempermudah pemahaman muridnya. Bukan mengejar hal-hal yang dianggap canggih, namun justru mempersulit muridnya dalam belajar.
Keenam, seorang guru hendaknya memiliki tekad yang kuat untuk mengantarkan muridnya memahami pelajaran. Bahkan untuk mengantarkan muridnya mencapai kesuksesan di masa depan.
Bukan sekedar memenuhi kewajiban terhadap jam pelajaran dan setelah itu selesai.
Sikap seperti ini yang sangat sulit dan mungkin agak berat dilakukan oleh guru.Guru harus berorientasi pada siswa bukan pada dirinya,artinya bahwa ketika guru mengajar harus berfikir dengan segala kompetinsi yang dimilikinya bagaimana siswa mampu menerima pelajaran yang diasampaikan,tidak berorientasi pada dirinya dan bahan ajar.Tidak sedikit guru  yang merasa telah menyelesaikan tugasnya ketika dia sudah mengajar dan menyampaikan materi dalam bahan ajarnya,tidak berfikir lebih jauh seberapa besar siswa menguasai materi yang disampaikan.
Ketujuh,seorang guru hendaknya banyak memperhatikan keadaan muridnya dan selalu mendoakan keselamatan mereka meskipun muridnya tersebut sudah tidak lagi belajar kepadanya.Karena itulah, tidak berlebihan jika dalam sebuah riwayat,ada seorang ilmuwan islam yang menghabiskan nyaris seluruh malamnya untuk mendoakan kesuksessan bagi murid-muridnya dimasa depan.
Satu hal lagi,seorang guru janganlah sekali-kali mengharap atau mendoakan keburukan menimpa muridnya.Betapapun mereka telah menyakiti dirinya.Hal ini sebagaimana diteladankan oleh penduduk Thaif.Beliau tidak mengutuk mereka.Malah beliau mendoakan agar mereka mendapatkan petunjuk dari allah SWT.

3.Etika Guru Dalam Pergaulan Masyarakat
Perjalanan guru dalam mendidik terhadap murid-muridnya,tidak hanya saat disekolah saja.Melainkan ia mesti mendidik bahkan memberi contoh ketika berada dilingkungan masyarakat baik terhadap muridnya maupun kepada masyarakat umum.Karena sejatinya guru merupakan bagian dari pada anggota masyarakat,maka ia pun bertanggung jawab atas apa yang dilakukan dimasyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara keseluruhan,guru merupakan unsure strategis sebagai anggota,agen dan pendidik masyarakat,maka guru harus menunjukkan kepribadiannya secara efektif agarmen jadi tauladan bagi masyarakat sekitarnya.Tidak hanya dirinya yang menjadi tauladan,tetapi keluarganya juga harus menjadi tauladan.
Hubungan  sosial yang dijalin seorang guru dengan murid dan lingkungan masyarakat sekitaranya menjadi sebuah kebutuhan demi tercapainya tujuan pendidikan.Dan tentunya hal ini memerlukan kemampuan individu dalam rangka penyemapaian ide-ide yang segar dan mampu memberikan tawaran solusi atas masalah yang terjadi dilingkungannya.Kemampuan atau kepekaan dalam menerima informasi dari lingkungan masyarakat, menerjemahkannya dan kemudian memberikan respon yang sesuai dengan harapan pihak lain yang berinteraksi dengan nyata pamerugikan dirinya sendiri sangatlah penting.Karenanya guru merupakan Agent of sosial change yang mampu merubah segala bentuk kondisi dan situasi masyarakat dilingkungannya,maka untuk itu penting sekali bagi seorang guru untuk dapat memiliki kompeten sisosial.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan dalam berinteraksi secara efektif dengan demi mencapai suaikan dengan budaya, lingkungan, situasi yang dihadapi serta nilai yang dianut oleh individu. Individu dengan kompetensi sosial yang baik akan lebih bisa memahami diri sendiri, memahami norma sosial, senang menjaga ketenteraman, terbuka, bersikap penuh pertimbangan pada orang lain dan mampu mengatur emosinya. Individu yang lain disekitarnya karena secara emosiona lmenyenangkan.
Guru sebagai figur yang memiliki SDM yang unggul senantiasa harus memiliki kemampuan komunikasi atau interaksi yang baik, karena interaksi yang baik merupakan wujud kemampuan komunikasi dalam berbagai bentuk seperti kemampuan dalam menyampaikan materi, kemampuan dalam membantu murid dan masyarakat dalam menyelesaikan masalahnya, kemampuan dalam memberikan motivasi, masyarakat, ataupun kemampuan komunikasi lisan dengan lawan bicara ataupun bentuk komunikasi lainnya.
Kemampuan guru sebagai pendidik dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan murid, sesama guru, tenaga kependidikan lainnya, orangtua/wali murid, dan masyarakat mempunyai hubungan yang erat dengan penyesuaian sosial dan kualitas interaksi antar pribadi. Seorang guru memerlukan kemampuan berinteraksi dengan orang yang berbeda di sekelilingnya, karena seorang guru harus bisa menghadapi berbagai macam kelompok dalam berbagai macam kondisi serta situasi yang tidak menentu. Selain itu, guru di tuntut untuk selalu tampil menyenangkan demi tercapainya tujuan usaha yang dirintisnya dan mengembangkan usaha yang dimiliki. Dan perubahan atas kondisi lingkungan muncul di tengah perubahan.
Melalui kompetensi sosial yang dimiliki oleh dosen diharapkan tujuan pendidikan yang dijalaninya dapat tercapai dan mampu mengembangkan perguruan tinggi tempat dimana ia bekerja. Kompetensi sosial akan membantu dosen dalam mempertahankan profesinya sebagai dosen karena luasnya hubungan yang dijalin oleh seorang dosen dengan berbagai kalangan.
Seorang guru dengan kemampuan berinteraksinya yang tinggi akan mampu menjalin sikap tenang, hangat, ramah dan mudah diajak bicara sehingga mampu menyampaikan orang lain. Kemampuan berinteraksi dan sosial yang dimilikinya akan mendukung sehingga dapat dipahami dan diterima oleh orang lain yang kemudian dapat untuk mencapai tujuan suatu pendidikan.
Dengan demikian, kualitas seorang idikan kepada murid dan lingkungan masyarakatnya.Misi tersebutakan tepat dengan lingkungannya secara baik, sehingga orang lain bisa mengerti dan mendukung setiap apa yang menjadi masukan atau ide-ide yang dihasilkan oleh seorang guru. Guru dengan kemampuan berinteraksinya yang tinggi akan peka dan mampu menangkap maksud yang disampaikan orang lain serta memberi respon yang sesuai sehingga mampu mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain.



B. GURU DALAM PERCATURAN POLITIK
Banyaknya jumlah guru di indonesia tidak dibarengi dengan kualitas baik akan menjadi masalah tersendiri bagi kemajuan pendidikannya. Tak heran dengan jumlah guru yang begitu banyak, banyak pulalah organisasi profesi keguruan berdiri dengan alih-alih memperjuangkan peningkatan kesejahteraan guru yang diperkuat dengan UU Guru dan Dosen nomor 14 tahun 2005 tentang wajibnya setiap guru untuk masuk ke dalam organisasi profesi dalam upaya mengembangkan profesionalitas guru. Sehingga dengan adanya organisasi profesi keguruan ini, segala kewenangan yang berkaitan dengan guru dan profesionalitasnya adalah mutlak menjadi hak yang wajib dimiliki setiap guru yang ada di indonesia.
Semenjak diberlakukannya aturan tersebut, mau tidak mau guru yang ada di indonesia untuk ikut serta berperan aktif dalam mengembangkan profesionalitasnya disuatu wadah yang disebut dengan organisasi profesi guru. Setiap guru berkewajiban ikut serta dalam organisasi itu baik organisasi yang skalanya lokal maupun nasional. Seperti halnya organisasi profesi guru Perserikatan Guru Republik Indonesia (PGRI), Federasi Guru Independent Indonesia (FGII), Persatuan Guru Madrasah (PGM), Himpunan Guru Pendidikan Usia Dini (HIMPAUDI), dan lain sebagainya.
Apalagi dalam penelitian HDI (human development indeks) tahun 2011 menyebutkan bahwa jumlah guru di Indonesia mencapai angka yang cukup fantastis yakni 2.783.321 orang baik termasuk guru yang berbeda di bawah naungan kementerian nasional dan kebudayaan. Jelas angka yang sangat potensi suatu kelompok ataupun partai yang ada di Indonesia.
Politik merupakan suatu cara atau metode untuk mempengaruhi orang lain atau pihak lain untuk mencapai tujuan kelompok. Terlebih definisi politik menurut Mohamad daud ali dalam bukunya tentang pendidikan agama islam, disebutkan bahwa politik berasal dari bahasa latin  atau yunani, politios, yang berarti sesuatu yang berhubungan dengan warga negara atau dengan warga kota. Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), politik mempunyai pengertian:
1.Pengetahuan tentang ketatanegaraan atau kenegaraan, yaitu mengenai sistem pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan, dan sebagainya.
2.Segala urusan dan tindakan, kebijaksanaan, siasat dan sebagainya, tentang pemerintahan ataupun terhadap negara lain.
3.Kebijakan, cara bertindak dalam menghadapi suatu masalah tertentu.
Angka yang sangat besar bagi guru dalam pendidikan guru di Indonesia, bisa jadi mendatangkan keuntungan bagi sebagian pihak yang memiliki kepentingan dalam urusan politik dan juga bisa mendatangkan daftar masalah baru bagi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru yang sampai dibicarakan.
Politik dan pendidikan memang bisa saja saling mendukung satu sama lainnya, akan tetapi jika politik yang digunakan bukan untuk kepentingan umum dan hanya digunakan bagi kepentingan satu golongan semata, mestinya suci dari segala kepentingan individu atau kelompok akan mulai memudar tujuannya. Dan hal semacam ini akan menjadi suatu kewajaran manakala pendidikan di indonesia khususnya akan mengalami stagnasi bahkan kemunduran yang signifikan.
Banyaknya jumlah guru seperti ini semestinya bisa dijadikan suatu kekuatan dalam membangun pendidikan di indonesia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar yang bersifat membangun, agar kami dapat mengembangkan media ini!